BAB
I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Karbohidrat
atau Hidrat Arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanya sebagai penghasil
enersi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori. Walaupun lemak
menghasilkan enersi lebih besar, namun karbohidrat lebih banyak di konsumsi
sehari-hari sebagai bahan makanan pokok, terutama pada negara sedang
berkembang. Di negara sedang berkembang karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80%
dari total kalori, bahkan pada daerah-daerah miskin bisa mencapai 90%.
Sedangkan pada negara maju karbohidrat dikonsumsi hanya sekitar 40-60%. Hal ini
disebabkan sumber bahan makanan yang mengandung karbohidrat lebih murah
harganya dibandingkan sumber bahan makanan kaya lemak maupun protein. Karbohidrat
banyak ditemukan pada serealia (beras, gandum, jagung, kentang dan sebagainya),
serta pada biji-bijian yang tersebar luas di alam.
Secara
umum definisi karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung atom Karbon,
Hidrogen dan Oksigen, dan pada umumnya unsur Hidrogen clan oksigen dalam
komposisi menghasilkan H2O. Di dalam tubuh karbohidrat dapat dibentuk dari
beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak. Akan tetapi sebagian
besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari,
terutama sumber bahan makan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Sumber
karbohidrat nabati dalam glikogen bentuk glikogen, hanya dijumpai pada otot dan
hati dan karbohidrat dalam bentuk laktosa hanya dijumpai di dalam susu. Pada
tumbuh-tumbuhan, karbohidrat di bentuk dari basil reaksi CO2 dan H2O melalui
proses foto sintese di dalam sel-sel tumbuh-tumbuhan yang mengandung hijau daun
(klorofil). Matahari merupakan sumber dari seluruh kehidupan, tanpa matahari
tanda-tanda dari kehidupan tidak akan dijumpai.
Reaksi
Fotosintesis
Cahaya M.
6
CO2 + 6 H2O---------------> C6H12O6
+ 6 O2
Pada
proses fotosintesis, klorofil pada tumbuh-tumbuhan akan menyerap dan
menggunakan enersi matahari untuk membentuk karbohidrat dengan bahan utama CO2
dari udara dan air (H2O) yang berasal dari tanah. Enersi kimia yang terbentuk
akan disimpan di dalam daun, batang, umbi, buah dan biji-bijian.
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi
utama karbohidrat adalah sebagai sumber biokalori dalam bahan makanan,
disamping itu juga sebagai bahan pengental atau GMC pada teknologi makanan
sebagai bahan penstabil, bahan pemanis (sukrosa, glukosa, fruktosa) dan bahan
bakar, misalnya pada glukosa dan pati dan sebagai penyusun struktur sel,
misalnya selulosa dan khitin. (Sudarmadji, 1996)
Menurut Winarno
(1997:41), reaksi maillard merupakan reaksi antara karbohidart, khususnya gula pereduksi dengan NH2 dari protein yang
menghasilkan senyawa hidroksimetilfurfural yang kemudian berlanjut menjadi
furfural. Furfural yang terbentuk kemudian berpolimer membentuk senyawa
melanoidin yang berwarna coklat. Melanoidin inilah yang memberikan warna coklat
pada chiffon cake yang dihasilkan. Menurut Nunung (2005 : 9), semakin tinggi
protein yang ditambahkan menyebabkan melanoidin yang dihasilkan memberikan
intensitas warna yang kurang, sehingga warna produk yang dihasilkan menjadi
ungu kecoklatan.
Selain itu perbedaan
warna bagian luar pada roti tawar juga bisa diakibatkan terjadinya reaksi maillard yang terjadi pada adonan karena perbedaan jumlah karbohidrat dan
protein yang berbeda (Winarno, 1997:41).
Perbedaan jumlah tepung
ubi jalar ungu dan tepung terigu menyebabkan perbedaan kandungan karbohidrat
pada masing-masing sampel. Didalam karbohidrat terdapat glukosa, sukrosa dan
pati yang dapat meningkatkan citarasa pada bahan makanan (Winarno, 1997:17).
Misalnya sukrosa menimbulkan rasa manis, sementara itu pati menimbulkan rasa
yang khas pada makanan. Dengan demikian adanya kandungan karbohidrat yang
tinggi pada tepung ubi jalar ungu dibanding dengan tepung terigu (83,81 : 77,0) akan berpengaruh terhadap rasa yang
dihasilkan (http://www.bogasariflour.com). Semakin banyak prosentase tepung ubi
jalar ungu yang digunakan rasa yang dihasilkan semakin manis khas ubi jalar
ungu.
Reaksi-reaksi antara karbohidrat,
khususnya gula pereduksi dengan gugus amina primer, disebut reaksi-reaksi
Maillard. Hasil reaksi tersebut menghasilkan bahan berwarna coklat, yang sering dikehendaki atau kadang-kadang malahan menjadi pertanda penurunan mutu. Warna
yang dikehendaki misalnya pada roti, daging, sate dan proses penggorengan ubi
jalar. Gugus amina primer biasanya terdapat pada bahan awal sebagai asam amino.
Reaksi Maillard dapat terjadi,
misalnya selama produksi pembakaan roti. Kehilangan tersebut terutama terjadi
pada bagian yang berwarna coklat (crust), yang mungkin karena terjadinya reaksi dengan gula pereduksi yang dibentuk selama proses fermentasi tetapi tidak habis digunakan oleh khamir (dari ragi roti).
Meskipun gula-gula nonreduksi
(misalnya sukrosa) tidak bereaksi dengan protein pada suhu rendah, tetapi pada
suhu tinggi ternyata dapat menimbulkan reaksi Maillard, yang pada suhu tinggi
terjadi pemecahan ikatan glikosidik dari sukrosa dan menghasilkan glukosa dan
fruktosa.
BAB
III PEMBAHASAN
A. Karbohidrat Sederhana
Karbohidrat
sederhana terdiri dari:
1. Monosakarida
Sebagian
besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6-rantai atau
cincin karbon. Atom-atom hidrogen dan oksigen terikat pada rantai atau cincin
ini secara terpisah atau sebagai gugus hidroksil (OH). Ada tiga jenis heksosa
yang penting dalam ilmu gizi, yaitu glukods, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga
macam monosakarida ini mengandung jenis dan jumlah atom yang sama, yaitu 6 atom
karbon, 12 atom hidrogen, dan 6 atom oksigen. Perbedaannya hanya terletak pada cara
penyusunan atom-atom hidrogen dan oksigen di sekitar atom-atom karbon.
Perbedaan dalam susunan atom inilah yang menyebabkan perbedaan dalam tingkat
kemanisan, daya larut, dan sifat lain ketiga monosakarida tersebut.
Monosakarida yang terdapat di alam pada umumnya terdapat dalam bentuk isomer
dekstro (D). gugus hidroksil ada karbon nomor 2 terletak di sebelah kanan.
Struktur kimianya dapat berupa struktur terbuka atau struktur cincin. Jenis
heksosa lain yang kurang penting dalam ilmu gizi adalah manosa. Monosakarida
yang mempunyai lima atom karbon disebut pentosa, seperti ribosa dan arabinosa
·
Glukosa, dinamakan juga dekstrosa atau
gula anggur, terdapat luas di alam dalam jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur,
buah, sirup jagung, sari pohon, dan bersamaan dengan fruktosa dalam madu.
Glukosa memegang peranan sangat penting dalam ilmu gizi. Glukosa merupakan hasil akhir pencernaan pati,
sukrosa, maltosa, dan laktosa pada hewan dan manusia. Dalam proses metabolisme,
glukosa merupakan bentuk karbohidrat
yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energi.
·
Fruktosa, dinamakan juga levulosa atau
gula buah, adalah gula paling manis. Fruktosa mempunyai rumus kimia yang sama
dengan glukosa, C6H12O6, namun strukturnya berbeda. Susunan atom dalam fruktosda
merangsang jonjot kecapan pada lidah sehingga menimbulkan rasa manis.
·
Galaktosa, tidak terdapat bebas di alam
seperti halnya glukosa dan fruktosa, akan tetapi terdapat dalam tubuh sebagai
hasil pencernaan laktosa.
·
Manosa, jarang terdapat di dalam makanan.
Di gurun pasir, seperti di Israel terdapat di dalam manna yang mereka olah
untuk membuat roti.
·
Pentosa, merupakan bagian sel-sel semua
bahan makanan alami. Jumlahnya sangat kecil, sehingga tidak penting sebagai
sumber energi.
2. Disakarida
Ada
empat jenis disakarida, yaitu sukrosa atau sakarosa, maltosa, laktosa, dan
trehaltosa.
Trehaltosa
tidak begitu penting dalam ilmu gizi, oleh karena itu akan dibahas secara
terbatas. Disakarida terdiri atas dua unit monosakarida yang terikat satu sama
lain melalui reaksi kondensasi. kedua monosakarida saling mengikat berupa
ikatan glikosidik melalui satu atom oksigen (O). ikatan glikosidik ini biasanya
terjadi antara atom C nomor 1 dengan atom C nomor 4 dan membentuk ikatan alfa,
dengan melepaskan satu molekul air. hanya karbohidrat yang unit monosakaridanya
terikat dalam bentuk alfa yang dapat dicernakan. Disakarida dapat dipecah
kembali mejadi dua molekul monosakarida
melalui
reaksi hidrolisis. Glukosa terdapat pada ke empat jenis disakarida;
monosakarida lainnya adalah fruktosa dan galaktosa
·
Sukrosa atau sakarosa dinamakan juga
gula tebu atau gula bit. Secara komersial gula pasir yang 99% terdiri atas
sukrosa dibuat dari keuda macam bahan makanan tersebut melalui proses
penyulingan dan kristalisasi. Gula merah yang banayk digunakan di Indonesia
dibuat dari tebu, kelapa atau enau melalui proses penyulingan tidak sempurna.
Sukrosa juga terdapat di dalam buah, sayuran, dan madu.
·
Maltosa (gula malt) tidak terdapat bebas
di alam. Maltosa terbentuk pada setiap pemecahan pati, seperti yang terjadi
pada tumbuh- tumbuhan bila benih atau bijian berkecambah dan di dalam usus
manusia pada pencernaan pati.
·
Laktosa (gula susu) hanya terdapat dalam
susu dan terdiri atas satu unit glukosa dan satu unit galaktosa. Kekurangan
laktase ini menyebabkan ketidaktahanan terhadap laktosa. Laktosa yang tidak
dicerna tidak dapat diserap dan tetap tinggal dalam saluran pencernaan. Hal ini
mempengaruhi jenis mikroorgnaisme yang tumbuh, yang menyebabkan gejala kembung,
kejang perut, dan diare. Ketidaktahanan terhadap laktosa lebih banyak terjadi
pada orang tua. Mlaktosa adalah gula yang rasanya paling tidak manis (seperenam
manis glukosa) dan lebih sukar larut daripada disakarida lain.
·
Trehalosa seperti juga maltosa, terdiri
atas dua mol glukosa dan dikenal sebagai gila jamur. Sebanyak 15% bagian kering
jamur terdiri atas trehalosa. Trehalosa juga terdapat dalam serangga.
3. Gula Alkohol
Gula
alkohol terdapat di dalam alam dan dapat pula dibuat secara sintesis. Ada empat
jenis gula alkohol yaitu sorbitol, manitol, dulsitol, dan inositol.
·
Sorbitol, terdapat di dalam beberapa
jenis buah dan secara komersial dibuat dari glukosa. Enzim aldosa reduktase dapat mengubah gugus
aldehida (CHO) dalam glukosa menjadi alkohol (CH2OH). Struktur kimianya dapat
dilihat di bawah.
Sorbitol
banyak digunakan dalam minuman dan makanan khusus pasien diabetes, seperti
minuman ringan, selai dan kue-kue. Tingkat kemanisan sorbitol hanya 60% bila
dibandingkan dengan sukrosa, diabsorpsi lebih lambat dan diubah di dalam hati
menjadi glukosa. Pengaruhnya terhadap kadar gula darah lebih kecil daripada
sukrosa. Konsumsi lebih dari lima puluh gram sehari dapat menyebabkan diare
pada pasien diabetes.
·
Manitol dan Dulsitol adalah alkohol yang dibuat dari
monosakarida manosa dan galaktosa. Manitol terdapat di dalam nanas, asparagus,
ubi jalar, dan wortel. Secara komersialo manitol diekstraksi dari sejenis
rumput laut. Kedua jenis alkohol ini banyak digunakan dalam industri pangan.
·
Inositol merupakan alkohol siklis yang
menyerupai glukosa. Inositol terdfapat dalam banyak bahan makanan, terutama
dalam sekam serealia.
4. Oligosakarida
Oligosakarida
terdiri atas polimer dua hingga sepuluh monosakarida.
·
Rafinosa, stakiosa, dan verbaskosa
adalah oligosakarida yang terdiri atas unit-unit glukosa, fruktosa, dan
galaktosa. Ketiga jenis oligosakarida ini terdapat du dalam biji
tumbuh-tumbuhan dan kacang-kacangan serta tidak dapat dipecah oleh enzim-enzim
perncernaan.
·
Fruktan adalah sekelompok oligo dan
polisakarida yang terdiri atas beberapa unit fruktosa yang terikat dengan satu
molekul glukosa. Fruktan terdapat di dalam serealia, bawang merah, bawang
putih, dan asparagus. Fruktan tidak dicernakan secara berarti. Sebagian ebsar
di dalam usus besar difermentasi.
B. Karbohidrat Kompleks
1. Polisakarida
Karbohidrat
kompleks ini dapat mengandung sampai tiga ribu unit gula sederhana yang
tersusun dalam bentuk rantai panjang lurus atau bercabang. Jenis polisakarida
yang penting dalam ilmu gizi adalah pati, dekstrin, glikogen, dan polisakarida
nonpati.
·
Pati merupakan simpanan karbohidrat
dalam tumbuh-tumbuhan dan merupakan karbohidrat utama yang dimakan manusia di
seluruh dunia. Pati terutama terdapat dalam padi-padian, biji-bijian, dan
umbi-umbian.
Jumlah
unit glukosa dan susunannya dalam satu jenis pati berbeda satu sama lain,
bergantung jenis tanaman asalnya. Bentuk butiran pati ini berbeda satu sama
lain dengan karakteristik tersendiri dalam hal daya larut, daya mengentalkan,
dan rasa. Amilosa merupakan rantai panjang unit glukosa yang tidak bercabang,
sedangkan amilopektin adfalah polimer yang susunannya bercabang-cabang dengan
15-30 unit glukosa pada tiap cabang.
·
Dekstrin merupakan produk antara pada
perencanaan pati atau dibentuk melalui hidrolisis parsial pati. Dekstrin
merupakan sumber utama karbohidrat dalam makanan lewat pipa (tube feeding).
Cairan glukosa dalam hal ini merupakan campuran dekstrin, maltosa, glukosa, dan
air. Karena molekulnya lebih besar dari sukrosa dan glukosa, dekstrin mempunyai
pengaruh osmolar lebih kecil sehingga tidak mudah menimbulkan diare.
·
Glikogen dinamakan juga pati hewan
karena merupakan bentuk simpanan karbohidrat di dalam tubuh manusia dan hewan,
yang terutama terdapat di dalam hati dan otot. Dua pertiga bagian dari glikogen
disimpan dalam otot dan selebihnya dalam hati. Glikogen dalam otot hanya dapat
digunakan untuk keperluan energi di dalam otot tersebut, sedangkan glikogen
dalam hati dapat digunakan sebagai sumber energi untuk keperluan semua sel
tubuh. Kelebihan glukosa melampaui kemampuan menyimpannya dalam bentuk glikogen
akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan lemak.
2.
Polisakari dan Nonpati/Serat
Serat
akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian karena peranannya dalam mencegah
berbagai penyakit. Ada dua golongan serat yaitu yang tidak dapat larut dan yang
dapat larut dalam air. Serat yang tidak larut dalam air adalah selulosa,
hemiselulosa, dan lignin. Serat yang larut dalam air adalah pektin, gum,
mukilase, glukan, dan algal.
Fungsi karbohidrat
Fungsi
utama karbohidrat adalah sebagai sumber biokalori dalam bahan makanan,
disamping itu juga sebagai bahan pengental atau GMC pada teknologi makanan
sebagai bahan penstabil, bahan pemanis (sukrosa, glukosa, fruktosa) dan bahan
bakar, misalnya pada glukosa dan pati dan sebagai penyusun struktur sel,
misalnya selulosa dan khitin. (Sudarmadji, 1996)
Karbohidrat
mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan seperti
rasa, warna dan tekstur. Sedangkan fungsi karbohidrat di dalam tubuh adalah:
1.
Fungsi utamanya sebagai sumber energi (
1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori ) bagi kebutuhan sel-sel jaringan
tubuh. Sebagian dari karbohidrat diubah langsung menjadi energi untuk aktifitas
tubuh, dan sebagian lagi disimpan dalam bentuk glikogen di hati dan otot. Ada
beberapa jaringan tubuh seperti sistem syaraf dan eritrosit hanya dapat
menggunakan energi yang berasal dari karbohidrat saja.
2.
Melindungi protein agar tidak terbakar
sebagai penghasil energi.
3.
Kebutuhan tubuh akan energi merupakan
prioritas pertama, bila karbohidrat yang dikonsumsi tidak mencukupi untuk
kebutuhan energi tubuh dan jika tidak cukup terdapat lemak di dalam makanan
atau cadangan lemak yang disimpan di dalam tubuh, maka protein akan
menggantikan fungsi karbohidrat sebagai penghasil energi. Dengan demikian
protein akan meninggalkan fungsi utamanya sebagai zat pembangun. Apabila
keadaan ini berlangsung terus-menerus, maka keadaan kekurangan energi dan
protein (KEP) tidak dapat dihindari lagi.
4.
Membantu metabolisme lemak dan protein,
dengan demikian dapat mencegah terjadinya ketosis dan pemecahan protein yang
berlebihan.
5.
Di dalam hepar berfungsi untuk
detoksifikasi zat-zat toksik tertentu.
6.
Beberapa jenis karbohidrat mempunyai
fungsi khusus di dalam tubuh. Laktosa misalnya berfungsi membantu penyerapan
kalsium. Ribosa merupakan komponen yang penting dalam asam nukleat.
7.
Selain itu beberapa golongan karbohidrat
yang tidak dapat dicerna, mengandung serat (dietary fiber) berguna untuk
pencernaan, seperti selulosa, pektin dan lignin.
Proses pencoklatan
atau browning dapat kita temukan pada suatu bahan pangan, baik
yang disengaja dengan maksud mempercantik tampilan atau menambah flavor, maupun
yang tidak disengaja atau tidak diinginkan. Pada umumnya proses pencoklatan
dapat di bagi menjadi dua jenis, proses pencoklatan yang enzimatik (dipengaruhi
oleh substrat, enzim, suhu, waktu) dan nonenzimatik yang terbagi menjadi 3
macam reaksi yakni karamelisasi, reaksi Maillard dan pencoklatan akibat vitamin
C.
Reaksi-reaksi antara
karbohidrat, khususnya gula pereduksi dengan gugus amina primer, disebut
reaksi-reaksi Maillard. Hasil reaksi tersebut menghasilkan bahan berwarna
coklat, yang sering dikehendaki atau kadang-kadang malahan menjadi pertanda
penurunan mutu. Warna yang dikehendaki misalnya pada roti, daging, sate dan
proses penggorengan ubi jalar. Gugus amina primer biasanya terdapat pada bahan
awal sebagai asam amino.
Reaksi Maillard dapat
terjadi, misalnya selama produksi pembakaan roti. Kehilangan tersebut terutama
terjadi pada bagian yang berwarna coklat (crust), yang mungkin karena
terjadinya reaksi dengan gula pereduksi yang dibentuk selama proses fermentasi
tetapi tidak habis digunakan oleh khamir (dari ragi roti). Meskipun gula-gula
nonreduksi (misalnya sukrosa) tidak bereaksi dengan protein pada suhu rendah,
tetapi pada suhu tinggi ternyata dapat menimbulkan reaksi Maillard, yang pada
suhu tinggi terjadi pemecahan ikatan glikosidik dari sukrosa dan menghasilkan
glukosa dan fruktosa.
Dalam bahan pangan
keberadaan karbohidrat kadang kala tidak sendiri melainkan berdampingan dengan
zat gizi yang lain seperti protein dan lemak. Interaksi antara karbohidrat
(gula) dengan protein telah dibahas, seperti tersebut diatas. Bahan pangan yang
dominan kandungan karbohidratnya seperti singkong, ubi jalar, gula pasir, dll.
Dalam pengolahan yang melibatkan pemanasan yang tinggi karbohidrat terutama
gula akan mengalami karamelisasi (pencoklatan non enzimatis). Warna karamel ini
kadang-kadang justru dikehendaki, tetapi jika dikehendaki karamelisasi yang
berlebihan sebaliknya tidak diharapkan .
Faktor pengolahan juga
sangat berpengaruh terhadap kandungan karbohidrat, terutama seratnya. Beras
giling sudah barang tentu memiliki kadar serat makanan dan vitamin B1 (thiamin)
yang lebih rendah dibandingkan dengan beras tumbuk. Demikian juga pencucian beras
yang dilakukan berulang-ulang sebelum dimasak, akan sangat berperan dalam
menurunkan kadar serat. Pengolahan buah menjadi sari buah juga akan menurunkan
kadar serat, karena banyak serat akan terpisah pada saat proses penyaringan.
Gula pasir dapat disebut
juga sukrosa yang merupakan disakarida, gula invert dan non gula reduksi.
Sukrosa diperoleh dengan jalan mengkondensasi glukosa dan fruktosa, dapat
diinversikan sehingga kemanisannya tinggi. Rumus molekul sukrosa adalah C12H22O11 dengan
berat molekul 342,296. Sukrosa mempunyai sifat sedikit higroskopis dan mudah
larut dalam air. Semakin tinggi suhu, maka kelarutannya akan semakin besar.
Pada suhu yang tinggi yaitu antara 190-220oC terjadi dekomposisi
secara lengkap dan menghasilkan karamel. Pemanasan lebih lanjut akan
menghasilkan CO2, CO, asam asetat dan aseton (Marsono, 1999).
Menurut Fennema
(1985), gula berfungsi sebagai humektan, membantu pembentukan tekstur, memberi
flavor melalui reaksi pencoklatan, memberi rasa manis. Selain itu, Buckle
(1987), menyatakan bahwa apabila gula ditambahkan ke dalam bahan makanan pada
konsentrasi cukup tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut) sebagian air
yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikrobia dan Aw dari bahan
pangan akan menjadi berkurang. Daya larut yang tinggi dari gula dan
kemampuannya mengurangi keseimbangan relatif (ERH) dan mengikat air adalah
sifat-sifat yang menyebabkan gula dipakai dalam proses pengawetan pangan.
PEMBAHASAN
JURNAL:
1.
“ PERBEDAAN BROWNIES TEPUNG
GANYONG DENGAN BROWNIES TEPUNG TERIGU DITINJAU DARI KUALITAS INDERAWI DAN KANDUNGAN GIZI “ oleh
Ali Fathullah JURUSAN TEKNOLOGI JASA DAN PRODUKSI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Umbi-umbian merupakan sumber
karbohidrat alternatif yang berasal dari sumber daya lokal. Umbi-umbian adalah
segala jenis tanaman yang menghasilkan umbi. Tanaman umbi-umbian dapat tumbuh
baik di daerah yang kesuburan tanahnya kurang baik dan pengairannya kurang
bagus. Dilihat dari kandungan gizi dan kemudahan budi dayanya, umbi-umbian
patut dikembangkan serta diawetkan dalam bentuk tepung dan pati (Murtiningsih
& Suyanti, 2001:107). Tepung umbi-umbian diharapkan dapat diterima konsumen
dari semua kalangan sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi dan diversifikasi
pangan. Salah satu umbi-umbian yang dapat diproses menjadi tepung yaitu umbi
ganyong.
Ratnaningsih dkk (2010:3)
menjelaskan bahwa di Indonesia dikenal dua varietas ganyong, yaitu ganyong
merah dan ganyong putih. Umbi ganyong merah ditandai dengan warna batang, daun
dan pelepahnya yang berwarna merah atau ungu. Memiliki kandungan pati rendah,
sehingga lazimnya diolah dengan cara dikukus. Sementara itu, umbi ganyong putih
ditandai dengan warna batang, daun, pelepahnya hijau dan sisik umbinya
kecoklatan. Memiliki kandungan pati yang cukup tinggi, sehingga jenis ini yang
sering diolah menjadi tepung ganyong. Tepung ganyong mengandung karbohidrat
85,20 gram per 100 gram dan protein 0,70 gram per 100 gram serta kandungan
seratnya 2,204 gram per 100 gram (Direktorat Gizi Depkes RI, 1989).
Brownies merupakan
salah satu jenis cake yang berwarna coklat kehitaman dengan tekstur sedikit
lebih keras dari pada cake karena brownies tidak membutuhkan pengembang
atau gluten (Astawan 2009:51). Tepung yang biasa digunakan dalam pembuatan brownies
adalah tepung terigu. Tepung terigu mengandung karbohidrat 77,3 gram per
100 gram dan protein 8,9 gram per 100 gram. Dalam adonan, tepung berfungsi
sebagai pembentuk struktur dan tekstur brownies, pengikat bahan-bahan
lain dan mendistribusikannya secara merata, serta berperan dalam membentuk cita
rasa. Tepung terigu yang biasa digunakan untuk membuat brownies adalah
terigu protein rendah (Astawan, 2009:51). Tepung ganyong merupakan sumber
karbohidrat seperti tepung terigu,
tetapi kandungan protein (gluten) tepung ganyong lebih rendah dibanding tepung
terigu. Pembuatan brownies tidak membutuhkan gluten yang tinggi
sehingga tepung terigu dimungkinkan dapat diganti dengan tepung ganyong sebagai
bahan dasar brownies.
Tepung terigu merupakan
hasil penggilingan biji gandum bagian dalam (endosperma) tanpa
melibatkan bagan lembaga dan dedak (lapisan luar) (Astawan, 2009:248). Tepung terigu yang digunakan dalam pembuatan
brownies adalah jenis tepung terigu lunak yang mengandung protein 7-9% tiap
100 g. Kriteria tepung terigu yang digunakan adalah butiran yang halus, bersih,
tidak berbau apek dan kering.
Tepung ganyong merupakan
salah satu produk diversifikasi produk umbi ganyong. Tepung ganyong berasal dari pengirisan umbi ganyong yang
selanjutnya dikeringkan. Kriteria tepung ganyong yang digunakan adalah warna
putih kecoklatan, tekstur halus, rasa agak manis dengan aroma harum khas
ganyong dan kering.
brownies
adalah sejenis kue yang termasuk kelompok cake yang berwarna coklat
kehitaman dengan tekstur sedikit lebih keras dari pada cake. Bahannya
terdiri dari tepung terigu, margarine, telur, gula, dan coklat (coklat bubuk
dan coklat masak).
Tabel 1. Kandungan gizi per 100 gram brownies
NO
|
UNSUR GIZI
|
JUMLAH
|
1.
|
Energy (kkal)
|
434
|
2.
|
Karbohidrat (g)
|
76,6
|
3.
|
Lemak (g)
|
14
|
4.
|
Kalium (mg)
|
219
|
5.
|
Natrium (mg)
|
303
|
Sumber : Astawan (2009:53).
Brownies
merupakan sumber energi yang baik. Berdasarkan tabel diatas nilai energi per
100 gram brownies adalah 434 kkal, melebihi beras (335 kkal/100 gram)
ataupun mi (339 kkal/100 gram). Energi pada brownies umumnya bersal dari
karbohidrat (yaitu tepung dan gula) serta lemak. Kadar karbohidrat pada brownies
adalah 76,6 gram/100 gram sedangkan lemaknya mencapai 14 gram/100 gram.
Kandungan gizi yang lain
dari brownies adalah kalium (219 mg/100 gram) dan natrium (303 mg/100
gram). Bagi penderita hipertensi tidak perlu menghindari mengkonsumsi
brownies. Kandungan natrium yang tinggi pada brownies dapat
diimbangi oleh kandungan kaliumnya. Natrium dan kalium akan bekerja sama
mempertahankan tekanan osmotik didalam darah, selain juga membantu menjaga
keseimbangan asam dan basa (Astawan,
2009:53).
BAHAN
PEMBUATAN ROTI
1.
Tepung terigu
Tepung terigu merupakan
hasil penggilingan biji gandum bagian dalam (endosperma) tanpa melibatkan bagan
lembaga dan dedak (lapisan luar) (Astawan, 2009:248). Tepung terigu memiliki
karakteristik yang berbeda dengan tepung yang lain. Tepung terigu terbuat dari
biji gandum yang mengandung protein (gluten). Setiap varietas biji gandum
memiliki kandungan gluten yang berbeda-beda, karenanya dipasaran beredar
berbagai jenis tepung terigu (Sutomo, 2012:40).
2. Gula
Menurut
Sutomo (2012). Dipasaran banyak dijual aneka jenis gula. Masing-masing gula
memiliki karakteristik dan tingkat kemanisan yang berbeda-beda. Dalam pembuatan
kue, ada beberapa jenis gula berdasarkan bentuk fisik
diantaranya:
a. Gula pasir adalah gula yang dihasilkan dari tebu atau bid
(sukrosa),
mempunyai kristal yang
besar, derajat kemanisan 100%
b. Gula kastor adalah gula pasir yang butirannya lebih halus,
tingkat
kemanisannya 100%
c. Gula bubuk (icing sugar) adalah gula pasir yang digiling halus
seperti tepung.
d. Fondant adalah gula yang dimasak (sirup berwarna coklat yang
ditambah 10% glukosa untuk mencegah pengkristalan pada permukaannya).
e. Brown
sugar (farin): merupakan gula glukosa (tebu/bid) yang proses pembuatannya belum
selesai atau belum sempurna. Gula yang kristalnya
masih mengandung molases (sirup yang berwarna coklat yang muncul
Fungsi gula dalam pembuatan brownies,
selain untuk memberikan rasa juga
berpengaruh terhadap pembentukan struktur brownies, memperbaiki tekstur
dan keempukan, memperpanjang kesegaran dengan cara mengikat air,
serta merangsang pembentukan warna yang baik. Selain itu, gula yang
ditambahkan juga dapat berfungsi sebagai pengawet karena gula dapat
mengurangi kadar air bahan pangan, sehingga dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme (Astawan, 2009:51).
3.
Lemak
Lemak atau shortening adalah
penambah lemak atau minyak untuk melembutkan roti, kue, dan sebagainya, atau
untuk menggoreng ( YB Suhardjito, 2006 : 46 ). Penggunaan lemak dalam pembuatan
brownies dapat meningkatkan rasa, menyebabkan produk tidak cepat menjadi
keras dan lebih empuk. Selain itu, penambahan lemak menyebabkan nilai gizi dan
rasa lezat brownies bertambah (Astawan, 2009:52)
4.
Telur
Telur dalam pembuatan brownies
berfungsi untuk membentuk suatu kerangka yang bertugas sebagai pembentuk
struktur. Telur juga berfungsi sebagai pelembut dan pengikat. Fungsi lainnya
adalah untuk aerasi, yaitu kemampuan menangkap udara pada saat adonan dikocok
sehingga udara menyebar rata pada adonan. Telur dapat mempengaruhi warna,
aroma, dan rasa. Lisitin dan pada kuning telur mempunyai daya pengemulsi,
sedangkan lutein (pigmen kuning telur) dapat membangkitkan warna produk
(Astawan, 2009:52).
5.
Coklat blok
Fungsi coklat blok dalam
dalam pembuatan brownies yaitu memberikan rasa dan warna (Indriani,
2007:5).
6.
Coklat bubuk
Coklat bubuk berfungsi untuk
memperkuat rasa, aroma, dan warna pada pembuatan brownies (Cucu Cahyana
& Yeni Ismani, 2004:10).
7.
Baking
powder
Jumlah baking powder
yang digunakan harus ditimbang secara tepat. Bila kuantitas baking powder
melebihi batas, setelah mengembang di dalam oven, kue akan menjadi bantat atau
mengkerut, remah kue berwarna gelap dan rasanya akan berbeda. Bila baking
powder terlalu sedikit maka kue tidak dapat sepenuhnya mengembang sehingga
susunannya menjadi padat dan berat (Suhadjito, 2006: 61-62).
8.
Garam
Jumlah garam yang diperlukan
relatif sedikit, namun garam mempunyai fungsi yang sangat penting, antara lain;
membangkitkan rasa lezat, menurunkan suhu penggulalian (caramelize)
dalam adonan sehingga mempengaruhi warna
remah maupun kerak. Penggunaan garam dalam adonan harus diusahakan setepat
mungkin sesuai resep. (Suhardjito, 2005:122).
Kandungan Kimia Brownies
Tepung Ganyong dan Brownies Tepung Terigu
Sampel brownies diuji
kandungan kimia untuk mengetahui kandungan karbohidrat dan serat kasar, dan
hasilnya sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 32. Hasil Uji Kandungan Gizi Brownies Tepung Terigu
dan Brownies Tepung ganyong
Kandungan
Gizi
|
Brownies
Tepung Terigu
(716)
|
Brownies
Tepung Ganyong (546)
|
Karbohidrat
|
47,85%
|
47,96%
|
Serat
kasar
|
3,46%
|
6,20%
|
Air
|
14,95%
|
15,71%
|
Lemak
|
30,42%
|
29,11%
|
Abu
|
2,03%
|
2,40%
|
Protein
|
4,74%
|
4,89%
|
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kandungan karbohidrat pada brownies tepung ganyong dan brownies
tepung terigu hasil uji kimia kedua ampel bila dibandingkan menunjukkan hasil
yang hampir sama hanya terpaut 0,5%. Pada kandungan serat brownies tepung ganyong lebih tinggi bila dibanding brownies tepung terigu selisihnya
2,74%. Selain diuji kandungan
karbohidrat dan serat juga diuji kandungan
air, lemak, abu, dan
protein. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kandungan air pada brownies tepung
ganyong dan brownies tepung terigu hasil hampir sama selisihnya 0,76%.
Kandungan lemak pada brownies tepung ganyong dan brownies tepung
terigu bila dibandingkan hasilnya lebih tinggi brownies tepung terigu
selisihnya 1,31%.
Kandungan abu pada brownies
tepung ganyong dan brownies tepung terigu bila dibandingkan hasinya
hampir sama hanya terpaut 0,37%. Kandungan protein pada brownies tepung
ganyong dan brownies tepung terigu bila dibandingkan hasilnyapun hampir
sama hanya selisih 0,15%.
Kualitas tekstur luar brownies
Tekstur luar brownies yang
ideal adalah berpori rata lubang pori kecil. Dari hasil pengujian kedua sampel brownies
yang diambil memiliki perbedaan yang signifikan. Dilihat dari rerata skornya
sampel (716) brownies tepung terigu lebih baik dari pada sampel (546)
brownies tepung ganyong karena memiliki rerata yang lebih besar.
Adanya perbedaan yang
signifikan antara kedua brownies disebabkan karena perbedaan bahan
tepung yang digunakan yaitu tepung terigu dan tepung ganyong. Dalam adonan
tepung berfungsi sebagai pembentuk struktur dan tekstur brownies,
pengikat bahan-bahan lain dan mendistribusikannya secara merata, serta berperan
dalam membentuk
cita rasa (Astawan, 2009:51). Kedua tepung tersebut
memiliki kandungan
kimiawi yang berbeda ditinjau dari
(Daftar Komposisi Bahan Makanan: 2005) Tepung terigu memiliki kandungan
gluten 8,9 % sedangkan tepung ganyong tidak mengandung gluten.
Kandungan gluten yang
berbeda menyebabkan terjadinya perbedaan brownies ditinjau dari tekstur
luarnya yaitu tekstur pori yang berbeda pada brownies tepung terigu
tekstur luarnya berpori rata lubang pori kecil sedangkan brownies tepung
ganyong berpori rata lubang pori agak lebar. Meskipun pada dasarnya pembuatan brownies
tidak membutuhkan pengembangan dari gluten (Astawan, 2009:51).
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kandungan karbohidrat pada brownies tepung ganyong sebesar 47,90%
dan brownies tepung terigu sebesar 47,85%. Hasil uji kimia kedua sampel
bila dibandingkan menunjukkan hasil yang hampir sama. Pada kandungan serat brownies
tepung ganyong sebesar 6,20% lebih tinggi bila dibanding brownies tepung
terigu sebesar 3,46% disebabkan karena perbedaan bahan dasar tepung yang
digunakan. Tepung ganyong mengandung serat sebanyak 2,20 gram sedangkan tepung terigu tidak
mengandung serat. Brownies tepung
ganyong memiliki keunggulan kandungan serat bila dibandingkan dengan brownies
tepung terigu. Adapun manfaat serat yang terdapat pada makan adalah menjaga
kesehatan usus, menurunkan kolesterol, mencegah diabetes, mencegah serangan
jantung dan memperpanjang usia. (http://palingseru.com-manfaat-serat-bagi-tubuh-manusia).
Granula Pati
Ganyong mempunyai bentuk granula pati
oval. Perbedaan bentuk maupun ukuran granula ternyata hanya untuk
mengidentifikasi macam umbi atau merupakan ciri khas dari masing-masing pati
umbi. Juliano dan Kongseree (1968) mengemukakan bahwa tidak ada hubungan yang
nyata antara gelatinisasi dengan ukuran granula pati, tetapi suhu gelatinisasi
mempunyai hubungan dengan kekompakan granula, kadar amilosa dan amilopektin.
Absorbsi
air
Daya absorbsi air dari pati umbi-umbian
perlu diketahui karena jumlah air yang ditambahkan pada pati mempengaruhi sifat
dari system pati. Granula pati utuh tidak larut dalam air dingin. Pada proses
gelatinisasi terjadi pengrusakan ikatan hidrogen intramolekuler. Ikatan
hidrogen mempunyai peranan untuk mempertahankan struktur integritas granula.
Terdapatnya gugus hidroksil yang bebas akan menyerap air, sehingga terjadi
pembengkakan granula pati. Dengan demikian semakin banyak jumlah gugus
hidroksil dari molekul pati maka kemampuan menyerap air semakin tinggi.
Kadar
lemak
Kadar lemak dalam pati dan tepung dapat
mengganggu proses gelatinisasi karena lemak mampu membentuk kompleks dengan
amilosa sehingga menghambat keluarnya amilosa dari granula pati. Selain itu
sebagian besar lemak akan diabsorbsi oleh permukaan granula sehingga berbentuk
lapisan lemak yang bersifat hidrofobik di sekeliling granula. Lapisan lemak
tersebut akan menghambat pengikatan air oleh granula pati. Hal ini menyebabkan
kekentalan dan kelekatan pati berkurang akibat jumlah air berkurang untuk
terjadinya pengembangan granula pati (Collison, 1968)
Kadar
serat kasar
Kadar serat kasar terdiri atas selulosa
dengan sedikit lignin dan hemiselulosa.
Secara umum pati mengandung serat kasar lebih rendah dibanding tepung
karena proses ekstraksi sebagian serat yang berukuran besar terbuang bersama
ampas. Kadar serat tepung dan pati dipengaruhi oleh umur panen umbi segarnya.
Jika kadar pati pada umbi telah mencapai
optimum, maka selanjutnya pati pada umbi akan terus turun secara perlahan dan
mulai terjadi perubahan pati menjadi serat (Wahid et al. 1992).
Kadar
pati dan amilosa
Kadar amilosa dan amilopektin sangat
berperan pada saat proses gelatinisasi, retrogradasi dan lebih menentukan
karakteristik pasta pati (Jane et al. 1999).
Umbi ganyong memiliki warna
kulit kekuningan dan putih sedikit kuning pada dagingnya.Hal iini disebabkan
karena umbi ganyong mengandung fosfor yang dominan dan karbohidrat. Karena pada
umumnya karbohidrat zat padat berwarna putih.
Misal setelah dilakukan
perebusa pada umbi ganyong, terjadi perubahan pigmen. Daging umbi ganyong
berubah menjadi warna kuning kecoklatan. Hal inin disebabkan karena pigmen yang
terkandung dalam umbi ganyong peka terhadap panas, sehingga bebubah warna
menajdi kuning kecoklatan.
Tepung ganyong yang dibuat tanpa
perlakuan pendahuluan pendahuluan akan menghasilkan tepung yang warnanya kurang
putih (cerah). Tepung umbi-umbian umumnya berwarna coklat (Haryadi, 1995). Hal
ini disebabkan karena terjadi proses pencoklatan selama proses pembuatan
tepung. Cai (1999) melaporkan bahwa dengan perlakuanAGROINTEK Vol 4, No. 2
Agustus 2010 101 pendahuluan pada pembuatan tepung garut menghasilkan tepung
yang cerah. Perlakuan pendahuluan meliputi : banching, perendaman pada larutan
garam dan natrium bisulfit
Tepung ganyong yang dihasilkan dengan
perlakuan pendahuluan blanching mempunyai kapasitas penyerapan air yang rendah,
sehingga membutuhkan waktu gelatinisasi yang lama. Waktu gelatinisasi adalah
waktu terjadinya gelatinisasi sampai gelatinisasi maksimal yang menunjukkan
sifat tanak (Desphande, 1983). Sedangkan suhu gelatinisasi pada tepung ganyong
dengan perlakuan kontrol dan perendaman dalam larutan garam menunjukkan tidak
beda. Hal ini diduga karena perlakuan tersebut tidak memberikan pengaruh pada
granula pati. Sedangkan tepung ganyong yang diperoleh dengan perlakuan
perendaman dalam natrium bisulfit memberikan suhu gelatinisasi yang lebih
tinggi dibandingkan kontrol. Hal ini diduga bahwa perlakuan perendaman dalam
natrium bisulfit dapat memberi perubahan pada sifat-sifat pati yang terdapat
pada tepung tersebut.
2.
PEMBUATAN ROTI
TAWAR DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG UBI UNGU (IPOMEA BATATAS) oleh: TRI MARTA
FADHILAH
Roti tawar merupakan roti
yang terbuat dari adonan tanpa menggunakan telur dengan sedikit gula atau tidak
sama sekali, penggunaan gula pada pembuatan roti tawar hanya digunakan dalam percepatan
proses fermentasi ( lilik Noer Yulianti 2004:28).
Roti tawar memiliki tekstur
yang halus seperti kapas, ringan dan rasanya tawar. Biasanya roti tawar
dikonsumsi oleh masyarakat kelas menengah keatas sebagai sarapan pagi, akan
tetapi dengan perkembangan zaman roti tawar dapat dikonsumsi oleh semua
kalangan sebagai sarapan pagi karena lebih praktis dalam penyajiannya.
Sebagaian besar bahan dasar/bahan pokok pembuatan roti tawar adalah tepung
terigu yang masih import. Oleh karena itu untuk mengurangi ketergantungan
masyarakat pada tepung terigu maka pada penelitian ini peneliti mencoba untuk
memanfaatkan bahan lokal dalam pembuatan roti tawar. Bahan lokal yang dipilih
dalam pembuatan roti tawar ini adalah ubi jalar.
Ubi jalar merupakan sejenis
umbi-umbian yang terdapat di Indonesia. Selama ini ubi jalar kurang atau belum
banyak dimanfaatkan untuk dijadikan suatu produk makanan tambahan, harga ubi
jalar terjangkau, ubi jalar mudah didapat dan tidak mengenal musim. Ubi jalar
pada umumnya hanya direbus, dikukus atau digoreng saja untuk dimakan. Padahal
di dalam ubi jalar terkandung zat gizi yang bermanfaat bagi tubuh yaitu
kandungan serat yang tinggi sehingga cukup baik bagi pencernaan. Kelemahan ubi
jalar adalah cepat busuk jika dalam keadaan segar, ubi jalar ungu hanya
memiliki masa simpan 5 bulan (Sarwono,2005:67). Oleh karena itu untuk
meningkatkan nilai ekonomi dari ubi jalar tersebut maka diolah menjadi tepung
ubi jalar. Dengan diolah menjadi tepung, ubi jalar memiliki beberapa keuntungan
yaitu tahan lama, meningkatkan nilai jual dan praktis dalam penggunaan
pembuatan makanan misalnya roti tawar dan lainnya. Pada penelitian ini ubi jalar yang dipilih untuk dijadikan tepung
adalah ubi jalar ungu karena ubi jalar ungu memiliki kandungan zat anthosianin
yang cukup tinggi dibandingkan dengan ubi jalar yang lain yaitu 110,51 mg /
100g yang berfungsi sebagai anti kanker, anti bakteri perlindungan terhadap
kerusakan hati, penyakit jantung dan stroke (Sarwono,2005:22) selain itu ingin
menghasilkan roti tawar yang berwarna ungu tanpa menggunakan pewarna buatan.
Dalam pembuatan roti tawar
pada dasarnya bahan utama yang digunakan adalah tepung terigu yang memiliki
kandungan pati, karbohidrat sebagai sumber energi dan memiliki kandungan
protein yang tinggi yaitu 11% - 13% (Bogasari Baking Center,2006:1). Pada
tepung ubi jalar ungu juga memiliki karakteristik yang hampir sama dengan
tepung terigu yaitu memiliki kandungan pati, karbohidrat sebagai sumber energi
dan memiliki protein, akan tetapi pada tepung ubi jalar ungu memiliki protein
yang lebih rendah dari tepung terigu sehingga tepung ubi jalar ungu tidak dapat
dijadikan bahan utama dalam pembuatan roti tawar melainkan hanya dapat
dijadikan bahan pengganti sebagian kecil saja atau bahan subtitusi dari tepung terigu.
Dilihat dari kandungan
gizinya tepung terigu dan tepung ubi jalar ungu memiliki keunggulan
masing-masing. Pada tepung terigu mengandung kalori 365 Kal, protein 8,9 g,
lemak 1,3 g, karbihidrat 77,3 g, dan pada tepung ubi jalar ungu mengandung
kalori 151 Kal, protein 1,6 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 35,4 g dan serat 0,7g.
Dengan kandungan gizi yang lebih banyak tersebut tepung ubi jalar ungu dipilih
dalam pembuatan roti tawar sehingga akan menghasilkan roti tawar yang rendah
kalori, rendah lemak, tinggi serat dan yang paling penting mengandung zat
anthosianin.
Artinya dengan mengkonsumsi
roti tawar tepung terigu dengan subtitusi tepung ubi jalar ungu dapat mencegah
penyakit diabetes, mencegah penyakit kanker, dan mencegah penyakit jantung,
selain itu roti tawar subtitusi tepung ubi jalar ungu ini juga lebih banyak
mengandung serat sehingga baik untuk pencernaan dan untuk mencegah gangguan
pencernaan seperti wasir, sembelit dan kanker kolon. Sehingga roti tawar ini
dapat dikonsumsi oleh orang penderita diabetes, penderita kanker, penderita
jantung, penderita pencernaan dan dapat juga dikonsumsi oleh orang yang sedang
menjalani program diet.
HASIL PENELITIAN
1.
Hasil Uji Inderawi
a) Warna dalam
Rerata
skor menunjukkan bahwa rerata skor tertinggi berdasarkan indikator warna dalam
adalah pada sampel A yaitu roti tawar dengan subtitusi tepung ubi jalar ungu
30% dengan rerata skor sebesar 3,73, maka sampel A adalah sampel terbaik.
Untuk mempermudah dan
memperjelas perbedaan warna dalam pada roti tawar dapat dilihat pada gambar
diagram berikut ini.
b) Warna Luar
Rerata
skor menunjukkan bahwa rerata skor tertinggi berdasarkan indikator warna luar
adalah pada sampel C yaitu roti tawar dengan subtitusi tepung ubi jalar ungu
10% dengan rerata skor sebesar 3,67, maka sampel C adalah sampel terbaik.
Untuk mempermudah dan
memperjelas perbedaan warna dalam pada roti tawar dapat dilihat pada gambar
diagram berikut ini.
c). Rasa
Rerata
skor menunjukkan bahwa rerata skor tertinggi berdasarkan indikator rasa adalah
pada sampel C yaitu roti tawar dengan subtitusi tepung ubi jalar ungu 10%
dengan rerata skor sebesar 3,76, maka sampel C adalah sampel terbaik.
d) Aroma
Rerata
skor menunjukkan bahwa rerata skor tertinggi berdasarkan indikator aroma adalah
pada sampel A yaitu roti tawar dengan subtitusi tepung ubi jalar ungu 30%
dengan rerata skor sebesar 3,65, maka sampel A adalah sampel terbaik.
e) Tekstur
Rerata
skor menunjukkan bahwa rerata skor tertinggi berdasarkan indikator tekstur
adalah pada sampel C yaitu roti tawar dengan subtitusi tepung ubi jalar ungu
10% dengan rerata skor sebesar 3,64, maka sampel C adalah sampel terbaik.
2.
Hasil Uji Kesukaan
Uji kesukaan dilakukan untuk
mengetahui minat masyarakat terhadap roti tawar dengan subtitusi tepung ubi
jalar ungu hasil eksperimen. Berdasarkan hasil pengujian dari 80 orang panelis
tidak terlatih dapat dilihat pada tabel halaman berikut ini.
Tabel 1. Ringkasan hasil uji
kesukaan roti tawar dengan subtitusi tepung ubi jalar ungu.
Indikator
|
A
|
B
|
C
|
|||
Skor %
|
Kriteria
|
Skor %
|
Kriteria
|
Skor %
|
Kriteria
|
|
Warna
|
76
|
Suka
|
83
|
sangat suka
|
81
|
sangat suka
|
Rasa
|
77
|
Suka
|
78
|
Suka
|
85
|
sangat suka
|
Aroma
|
76
|
Suka
|
80
|
Sangat Suka
|
83
|
sangat suka
|
Tekstur
|
78
|
Suka
|
79
|
Suka
|
83
|
sangat suka
|
3.
Hasil Uji Laboratorium
Uji laboratorium dilakukan
untuk mengetahui kandungan zat
anthosianin dan serat kasar didalam roti tawar dengan subtitusi tepung ubi
jalar ungu. Berikut hasil uji laboratorium yang dilakukan di Laboratorium
Pertanian Universitas Semarang.
Tabel 2. Hasil Uji Laboratorium roti tawar dengan
subtitusi tepung ubi jalar ungu.
No
|
Sampel
|
Kadar Zat Anthosianin (mg)
|
1.
|
A (tepung ubi jalar ungu 30% terigu 70%)
|
235,89
|
2.
|
B (tepung ubi jalar ungu 20% terigu 80%)
|
150,47
|
3.
|
C (Tepung ubi jalar ungu 10% terigu 90%)
|
76,34
|
No
|
Sampel
|
Kadar Serat Kasar (%)
|
1.
|
A. (tepung ubi jalar ungu 30% terigu 70%)
|
2,34
|
2.
|
B. (tepung ubi jalar ungu 20% terigu 80%)
|
1,97
|
3.
|
C. (Tepung ubi jalar ungu 10% terigu 90%)
|
1,25
|
PEMBAHASAN
Dalam sub bab pembahasan hasil
penelitian ini, akan menjelaskan tentang kualitas roti tawar dengan subtitusi
tepung ubi jalar ungu dilihat dari kualitas inderawi, hasil uji laboratorium
dan hasil uji kesukaan.
1.1.
Kualitas roti tawar dengan subtitusi tepung ubi jalar ungu yang berbeda
dilihat dari kualitas inderawi (warna dalam, warna luar, aroma, rasa, dan
tekstur)
1). Kualitas warna dalam roti tawar
dengan subtitusi tepung ubi jalar ungu.
Berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan oleh 25 orang panelis menunjukkan bahwa kriteria warna dalam roti
tawar yang baik adalah roti tawar dengan kode (421) yaitu dengan subtitusi
tepung ubi jalar ungu sebanyak 30% dengan kriteria warna ungu kecoklatan.
Sedangkan untuk sampel yang kurang baik adalah sampel dengan kode (134) yaitu
dengan subtitusi tepung ubi jalar ungu sebanyak 10% dengan kriteria warna ungu
keputihan. Dengan demikian perbedaan jumlah tepung ubi jalar ungu dengan tepung
terigu berpengaruh terhadap warna pada
bagian dalam roti tawar.
Adanya perbedaan warna pada roti tawar
khususnya pada warna bagian dalam, hal ini dikarenakan subtitusi (tepung ubi
jalar ungu ) dan perbedaan prosentase tepung terigu yang digunakan. Perbedaan
jumlah tersebut menyebabkan perbedaan kandungan protein yang berasal dari
tepung terigu dan karbohidrat dari tepung ubi jalar ungu (9,0 : 2,79) dan (77,0
: 83,81) yang menyebabkan terjadinya reaksi maillard. Menurut Winarno
(1997:41), reaksi maillard merupakan reaksi antara karbohidart, khususnya gula
pereduksi dengan NH2 dari protein yang menghasilkan
senyawa hidroksimetilfurfural yang kemudian berlanjut menjadi furfural.
Furfural yang terbentuk kemudian berpolimer membentuk senyawa melanoidin yang
berwarna coklat. Melanoidin inilah yang memberikan warna coklat pada chiffon
cake yang dihasilkan. Menurut Nunung (2005 : 9), semakin tinggi protein yang
ditambahkan menyebabkan melanoidin yang dihasilkan memberikan intensitas warna
yang kurang, sehingga warna produk yang dihasilkan menjadi ungu kecoklatan. Hal ini
terlihat perbedaan pada sampel yang menggunakan 90% tepung terigu lebih putih
dari pada sampel yang menggunakan tepung terigu 80%.
2). Kualitas warna luar roti tawar
dengan subtitusi tepung ubi jalar ungu.
Tingkatan Kriteria warna bagian luar
roti tawar hasil eksperimen dari yang terbaik adalah kuning kecoklatan, coklat
muda, coklat dan coklat tua. Berdasarkan
hasil analisis yang dilakukan oleh 25 penelis diketahui bahwa sampel (134)
dengan subtitusi tepung ubi jalar ungu sebanyak 10% merupakan sampel yang
terbaik, sedangkan sampel (421) merupakan sampel yang kurang baik karena pada
sampel tersebut warna bagian luar yang dihasilkan berwarna coklat tua.
Perbedaan warna pada bagian luar roti
tawar dikarenakan kandungan gula yang terkandung pada tepung ubi jalar ungu
yang cukup tinggi yaitu 83,81 (http://www.bogasariflour.com).
Maka formula 30% : 70% (tepung ubi jalar
ungu : tepung terigu ) warna pada bagian luar roti tawar yang dihasilkan
berwarna coklat tua, sedangkan untuk formula 10% : 90% (tepung ubi jalar ungu :
tepung terigu ) menghasilkan warna bagian luar kuning kecoklatan, hal ini
dikarenakan jumlah kandungan gula pada adonan yang cukup tinggi.
Selain itu perbedaan warna bagian luar
pada roti tawar juga bisa diakibatkan terjadinya reaksi maillard yang terjadi
pada adonan karena perbedaan jumlah karbohidrat dan protein yang berbeda
(Winarno, 1997:41). Menurut Sangkan Paran (2009 : 40)), fungsi gula
pada pembuatan roti tawar adalah sebagai pemberi rasa, aroma dan membentuk
warna pada kulit roti tawar sehingga jumlah subtitusi sangat berpengaruh pada
warna.
Adanya kandungan gula pada tepung ubi jalar ungu dan gula pada adonan membuat
kandungan gula pada adonan menjadi tinggi sehingga pada saat adonan dioven maka
akan terjadi proses karamelisasi pada adonan dan menimbulkan reaksi browning
(munculnya warna coklat ) pada bagian luar roti tawar.
Selain itu pada permukaan roti tawar
menjadi basah dibanding dengan sampel yang lain. Hal ini dapat dilihat pada
sampel 421 dengan sampel 134, dimana pada sampel 421 permukaan roti tawar basah
sedangkan pada sampel 134 tidak.
3). Kualitas rasa roti tawar dengan
subtitusi tepung ubi jalar ungu.
Berdasarkan hasil penilaian oleh 25
orang panelis menunjukkan adanya perbedaan rasa yang dihasilkan pada roti tawar
hasil eksperimen. Menurut panelis sampel dengan kode (134) dengan subtitusi
tepung ubi jalar 10% merupakan sampel terbaik, sedangkan untuk sampel dengan
kode (421) dengan subtitusi tepung ubi jalar ungu sebanyak 30% merupakan sampel
yang kurang baik.
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa
perbedaan prosentase penggunaan tepung ubi jalar ungu dan tepung terigu pada
pembuatan roti tawar ini berpengaruh terhadap rasa pada roti tawar yang
dihasilkan. Hal ini karena pada tepung baik ubi jalar ungu maupun tepung terigu
mempunyai kandungan karbohidrat, lemak, dan protein yang berbeda-beda.
Karbohidrat berperan dalam menentukan karakteristik bahan makanan misalnya
rasa, warna dan tekstur. Lemak berperan dalam memberi flavor tertentu pada
bahan pangan. Protein berfungsi mengendalikan tekstur, penampilan dan flavor
pangan (Sangkan Paran (2009:41).
Perbedaan jumlah tepung ubi jalar ungu
dan tepung terigu menyebabkan perbedaan kandungan karbohidrat pada
masing-masing sampel. Didalam karbohidrat terdapat glukosa, sukrosa dan pati
yang dapat meningkatkan citarasa pada bahan makanan (Winarno, 1997:17).
Misalnya sukrosa menimbulkan rasa manis, sementara itu pati menimbulkan rasa
yang khas pada makanan. Dengan demikian adanya kandungan karbohidrat yang
tinggi pada tepung ubi jalar ungu dibanding dengan tepung terigu (83,81 :
77,0) akan berpengaruh terhadap rasa
yang dihasilkan (http://www.bogasariflour.com).
Semakin banyak prosentase tepung ubi
jalar ungu yang digunakan rasa yang dihasilkan semakin manis khas ubi jalar
ungu.
Tetapi jika dilihat dari hasil penilaian
panelis agak terlatih lebih menyukai sampel 134 dengan jumlah tepung ubi jalar
ungu rendah (10%) karena rasa manis yang dihasilkan lebih seimbang dibandingkan
dengan sampel (421) dan sampel (189).
4). Kualitas aroma roti tawar dengan
subtitusi tepung ubi jalar ungu.
Dari hasil penilaian yang dilakukan oleh
25 penelis agak terlatih mununjukkan sampel (421) dengan subtitusi tepung ubi
jalar ungu sebanyak 30% merupakan sampel
terbaik yaitu dengan kriteria beraroma khas ubi jalar ungu. Sedangkan sampel
(134) dengan subtitusi tepung ubi jalar ungu sebanyak 10% merupakan sampel yang
kurang baik dengan kriteria aroma kurang khas ubi jalar ungu.
Penggunaan tepung ubi jalar ungu dan
tepung terigu pada pembuatan roti tawar ini berpengaruh terhadap aroma roti
tawar yang dihasilkan. Karena perbedaan jumlah tepung ubi jalar ungu dan tepung
terigu menyebabkan kandungan protein yang terdapat pada tepung terigu dan
karbohidrat pada tepung ubi jalar ungu berbeda. Adanya perbedaan protein dan
karbohidrat menyebabkan terjadinya reaksi maillard, pada saat adonan dioven
menghasilkan senyawa-senyawa volatil, sehingga menghasilkan aroma yang khas
pada roti tawar yang dihasilkan (Winarno, 1997:41). Maka semakin
banyak penggunaan tepung ubi jalar ungu maka aroma yang dihasilkan lebih khas
ubi jalar ungu dibandingkan dengan roti tawar yang disubstitusi dengan tepung
terigu.
5). Kualitas tekstur roti tawar dengan
subtitusi tepung ubi jalar ungu.
Hasil analisis yang dilakukan oleh 25
orang panelis menunjukkan bahwa perbeadaan prosentase tepung ubi jalar ungu dan
tepung terigu pada pembuatan roti tawar berpengaruh terhadap tekstur pada roti
tawar yang dihasilkan. Sampel dengan kode (421) dengan subtitusi tepung ubi
jalar ungu 30% kurang disukai oleh panelis karena teksturnya berpori lembut dan
padat atau kurang ringan. Berbeda dengan
sampel (134) yaitu dengan subtitusi tepung ubi jalar ungu sebanyak 10% dan
tepung terigu 90% lebih banyak disukai oleh panelis karena teksturnya berpori
lembut dan tidak padat serta dari penampilan sampel 134 mengembang tinggi
dibanding dengan sampel yang lain.
Perbedaan prosentase tepung ubi jalar
ungu dan tepung terigu menyebabkan kandungan protein, karbohidrat, lemak dan
kandungan air pada tiap sampel berbeda. Dalam pembentukan tekstur dipengaruhi oleh
protein, kandungan air, karbohidrat, lemak, suhu dan lama pemasakan.
Menurut Nunung (2005 : 41), selama pengovenan terjadi peningkatan suhu dan
tekanan uap air sehingga gelembung-gelembung udara pecah dan meninggalkan
pori-pori pada roti tawar. Tekstur
pada roti tawar yang menggunakan 30% tepung ubi jalar ungu berpori lembut dan
kurang mengembang tinggi sedangkan tekstur roti tawar yang disubstitusikan
dengan tepung terigu 10% dapat mengembang tinggi dan pori-porinya kurang lembut
semakin banyak tepung terigu yang disubstitusikan pengembangannya semakin
tinggi.
Hal ini dikarenakan pada tepung terigu
mengandung protein yang tinggi dibanding dengan tepung ubi jalar ungu (9 :
2,79). Protein (gluten) pada tepung terigu berfungsi sebagai pembentuk struktur
roti dan pengikat bahan yang lain. Maka semakin banyak tepung terigu yang
digunakan semakin tinggi volume roti tawar. Sebaliknya pada
tepung roti tawar yang menggunakan 30% tepung ubi jalar ungu kurang mengembang
tinggi (Sangkan Paran, 2009:38).
1.2.
Pembahasan Hasil Uji Laboratorium
Berdasarkan data hasil uji laboratorium
diperoleh hasil sampel roti tawar yang terbaik dari kandungan zat anthosianin
dan serat kasar diperoleh kode 421 dengan subtitusi tepung ubi jalar ungu
sebanyak 30% dengan zat anthosianin 235,89 mg dan serat kasar 2,34%. untuk
sampel kode 189 dengan subtitusi tepung ubi jalar ungu 20% dengan zat
anthosianin 150,47 mg dan serat kasar 1,97% sampel dengan kode 134 dengan
subtitusi tepung ubi jalar ungu 10% dengan zat anthosianin 76,34 mg dan serat
kasar 1,25%. Adanya perbedaan jumlah zat anthosianin
dan serat kasar pada masing-masing sampel dikeranakan perbeadaan jumlah tepung
yang digunakan dalam pembuatan roti tawar, semakin banyak tepung yang digunakan
maka semakin tinggi kandungan zat anthosianin dan serat kasarnya.
Adanya kandungan zat anthosianin pada
roti tawar dengan subtitusi tepung ubi jalar ungu mampu membantu memenuhi
kebutuhan zat anthosianin (zat anti kanker) yang dapat berfungsi sebagai
pencegah penyakin kanker, sedangkan kandungan serat pada roti tawar dengan
subtitusi tepung ubi jalar ungu mampu memenuhi kebutuhan serat yang berfungsi
untuk memperlancar buang air besar dan mencegah sembelit.
1.3.
Pembahasan Uji Kesukaan Masyarakat terhadap roti tawar dengan subtitusi
tepung ubi jalar ungu.
Menurut kelompok mahasiswi putri dan
kelompok mahasiswa putra lebih menyukai sampel dengan kode (134) dengan
subtitusi tepung ubi jalar ungu 10% dengan kriteria warna coklat keputihan,
tawar khas ubi jalar ungu, aroma kurang khas ubi jalar ungu dan tekstur berpori
lembut dan tidak padat atau ringan. Kedua kelompok panelis kurang terlatih ini
lebih menyukai sampel (134) dibanding dengan sampel yang lain karena jika
dilihat dari penampakannya sampel (134) lebih menarik dari pada sampel (421)
dan sampel (189). Sampel (134) dilihat dari segi tekstur berpori lembut,
mengembang tinggi dan ringan dibandingkan dengan sampel 421 dan 189. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan prosentase subtitusi tepung ubi jalar dan terigu
yang digunakan dalam pemubatan roti tawar tersebut. Dari segi warna, dilihat dari warna bagian
dalam sampel 134 berwarna ungu keputihan sehingga panelis beranggapan bahwa
warna tersebut merupakan warna terbaik yang ditunjang dengan warna bagian luar
yang kuning kecoklatan dibandingkan dengan sampel (421) dan sampel (189) yang
berwarna coklat dan warna bagian luar (kulit) yang agak coklat pula. Dan
kemungkinan juga panelis tidak terlatih ini beranggapan bahwa warna coklat pada
sampel (421) dan sampel (189) karena gosong sehingga panelis lebih menyukai
sampel (134).
Dilihat dari segi rasa sampel 134
memiliki rasa tawar khas ubi jalar ungu dibanding dengan sampel sampel 189 dan
421 karena pada kedua sampel tersebut prosentase subtitusi tepung ubi jalar ungu
yang digunakan lebih banyak dibanding dengan sampel 134 sehingga pada sampel
421 dan 189 memiliki rasa yang lebih manis. Pada aspek aroma sampel 421 dan 189
lebih dominan ubi jalar ungu dibanding dengan 134 sehingga masyarakat lebih
menyukai sampel tersebut. Hal ini dikarenakan masyarakat jarang mengkonsumsi roti yang bersubtitusi
tepung ubi jalar ungu, maka pada saat melakukan penilaian panelis tidak
terlatih lebih memilih pada sampel yang prosentase subtitusi tepung ubi jalar
ungunya lebih sedikit.
Sedangkan untuk hasil uji kesukaan
secara keseluruhan menunjukkan bahwa sampel yang paling disukai adalah sampel
dengan kode (134) yaitu dengan subtitusi tepung ubi jalar ungu sebanyak 10%.
Panelis agak terlatih menyukai sampel tersebut karena warna bagian dalam yang
tidak telalu coklat dibanding dengan sampel (421) dan sampel (189) yang
berwarna coklat. Hal ini dimungkinkan karena warna ungu kecoklatan tidak pada
umumnya atau tidak seperti yang ada dipasaran, sehingga panelis kurang menyukai
sampel tersebut. Melihat fenomena saat ini masyarakat lebih menyukai produk
yang makanan yang berbahan alami khususnya pewarna pada makanan. Padahal jika
dikaji lebih lanjut warna coklat yang terjadi pada sampel (421) dan (189) bukan
berasal dari pewarna buatan tetapi terjadi karena perbedaan jumlah karbohidrat
dan protein pada masing-masing sampel sehingga mengalami reaksi maillard pada
saat dipanaskan (Winarno, 1997:41). Selain itu dibanding dengan tepung terigu,
tepung ubi jalar ungu mengandung zat anthosianin dan serat yang bermanfaat bagi tubuh. Menurut hasil uji
kimia pada sampel (421) dengan warna coklat keunguan lebih banyak mengandung
zat anthosianin dan serat (235,89 mg dan 2,34%) dibanding dengan sampel (134)
dengan warna kurang coklat (76,34 mg dan 1,25%).
1.4.
Daya simpan roti tawar subtitusi tepung ubi jalar ungu
Daya simpan roti tawar subtitusi tepung
ubi jalar ungu ini hanya dapat bertahan sampai 3 hari dari pada roti tawar
murni tepung terigu. Hal itu disebabkan karena kandungan kadar air pada tepung ubi
ungu lebih tinggi dari pada tepung terigu yaitu 15% untuk tepung ubi jalar
ungu dan 10% - 14% untuk tepung terigu. Dengan kandungan air yang lebih tinggi
itu sangat mempengaruhi tekstur dari hasil roti tawar dan daya simpan dari
hasil roti tawar.
Semakin banyak tepung ubi jalar ungu
yang dipergunakan maka daya simpan atau keawetan dari roti tawar semakin
berkurang.
Dari 3 sampel yang telah dibuat yaitu 421 (subtitusi tepung ubi jalar ungu
30%), 189 (subtitusi tepung ubi jalar ungu 20%) dan 134 (subtitusi tepung ubi
jalar ungu 10%), daya simpannya yang lebih tahan lama adalah sampel 134
(subtitusi tepung ubi ungu 10%) yaitu 3 hari karena lebih sedikit dalam
penggunaan tepung ubi jalar ungunya.
3.
KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN
ORGANOLEPTIK DONAT KENTANG READY TO COOK SETELAH PROSES PEMBEKUAN oleh: Halimahtussahdiah Dalimunth, Novelina, Aisman Fakultas
Teknologi Pertanian, Kampus Limau Manis-Padang
Kentang (Solanum
tuberosum
L.) merupakan tanaman umbi yang
hidup di daerah dataran tinggi. Umbi kentang merupakan sumber karbohidrat oleh karena itu sangat persfektif sebagai bahan baku produk
pangan yang mampu
meningkatkan status gizi
masyarakat.
Donat kentang merupakan salah satu bentuk hasil olahan yang berbahan baku dari
kentang. Donat dengan penambahan bahan
baku kentang memiliki nilai gizi yang lebih baik dibandingkan dengan donat
biasa tanpa
penambahan
kentang. Hal ini
disebabkan karena kandungan kentang yang kaya dengan
karbohidrat, serat, vitamin A dan B, sodium, potassium, fosfor dan zat besi.
Pembuatan adonan
donat merupakan pekerjaan yang cukup sulit bagi sebagian orang.
Tetapi, disisi lain
masyarakat ingin menyajikan sesuatu makanan ringan (camilan) yang bergizi
untuk keluarga. Dengan menyediakan adonan donat ready to cook yang
sudah dibekukan, merupakan salah satu alternatif pengawetan bahan
pangan, tetapi masih mempunyai rasa dan penampilan yang tidak berbeda
dari adonan baru.
Menurut (Rohana, 2002). Pembekuan merupakan suatu cara pengawetan bahan
pangan dengan cara membekukan
bahan pada suhu di bawah titik
beku pangan tersebut, dengan
membekunya sebagian kandungan air
bahan atau dengan terbentuknya es ketersediaan air menurun, maka kegiatan enzim dan jasad renik dapat dihambat
atau dihentikan sehingga dapat mempertahankan mutu bahan pangan.
Pembekuan dapat
mempertahankan rasa dan nilai gizi bahan pangan yang
lebih baik daripada
metoda lain, karena pengawetan
dengan suhu rendah
(pembekuan)
dapat menghambat aktivitas
mikroba yang dapat mencegah terjadinya reaksi-reaksi kimia
dan aktivitas enzim yang dapat merusak kandungan gizi bahan pangan.
Ada
dua hal yang perlu
diperhatikan agar bahan beku
memiliki kualitas yang
baik, yaitu (1)
laju pembekuan harus tinggi dan (2) suhu penyimpanan konstan. Pada
umumnya pembekuan
dengan kecepatan tinggi
menghasilkan
produk dengan kualitas yang lebih baik daripada pembekuan
dengan kecepatan rendah
(Afriyanti,2008).
Pembuatan donat kentang
(Indriani,2011 modifikasi)
Pemilihan kentang yang berkualitas baik sebanyak 250gr dan
dibersihkan. Varietas
kentang yang
digunakan
adalah varietas
granola. Kentang dikukus sampai matang
± 30 menit hingga matang. Pembuatan
adonan donat, kentang yang
telah
dihaluskan
ditambahkan tepung terigu sebanyak
500g, ditambahkan 2butir kuning
telur, 75g mentega,
100g gula
halus,50ml air, 50g susu bubuk dan
5g garam,
kemudian diaduk
hingga kalis. Kemudian ragi
(6g) dimasukkan
kedalam
Adonan Donat Kentang difermentasi selama lebih kurang
60 menit. Pencetakan
donat dan dibiarkan mengembang sekitar 10 menit, kemudian dilakukan
pengemasan dengan menggunakan wadah tertutup.Dimasukkan ke dalam freezer pada suhu-20C.
A = kontrol (tanpa penyimpanan)
B = pembekuan 6
hari
C
= pembekuan 12 hari
D = pembekuan 18 hari
E = pembekuan 24 hari F =
pembekuan
30 hari
Selanjutnya penggorengan dengan
metode
deep
frying sesuai dengan perlakuan
dan dilanjutkan dengan analisa fisik dan
analisa kimia
Derajat
pengembangan (Sukaminah et al,
2002)
Derajat pengembangan
adonan diukur berdasarkan pengembangan volume adonan yang dihitung dengan
membandingkan
volume sebelum penggorengan dengan volume sesudah penggorengan. Adonan diukur tebal dan
diameternya
(mm) dengan menggunakan jangka sorong. Rumus dari
derajat pengembangan adonan
adalah :
Derajat Pengembangan = volume akhir –volume awal
volume awal
Kadar Air Metode Oven (Sudarmadji
et. al,
1984)
Bersihkan cawan aluminium
dari kotoran, kemudian keringkan dalam oven pada suhu 110 C selama 1-2 jam. Setelah itu masukkan cawan ke dalam desikator sampai dingin kemudian timbang
cawan tersebut.Masukkan 1-2 gr bahan ke dalam cawan dan timbang kembali.
Keringkan dalam oven pada suhu 100-110oC selama 3-5 jam, tergantung
pada bahan. Setelah itu sampel didinginkan dalam desikator dan timbang.
Kadar Lemak (Sudarmadji et. al, 1984)
Labu lemak yang
digunakan dikeringkan
dalam oven dan ditimbang.
Sampel
dalam
bentuk tepung ditimbang sebanyak 5 gram, lalu dibungkus dengan kertas saring yang telah dikeringkan. Kemudian kertas
saring
dan
sampel dimasukkan ke dalam ekstraksi soxhlet
dan labu lemak dibawahnya. Tuangkan helksan (pelarut
lemak)
ke dalam labu
lemak
secukupnya dan refluks selama
6 jam. Pelarut
yang ada didalam labu lemak diekstraksi dan
dipanaskan dalam oven pada
suhu 105 ºC.
Setelah dikeringkan, kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit
dan ditimbang
sampai berat
konstan.
Daya Serap Minyak (AOAC,1995)
Penetuan
serapan minyak dapat dilakukan
dengan mengukur kadar lemak terlebih dahulu, dimana
serapan minyak adalah selisih antara kadar lemak bahan
setelah
digoreng
dengan kadar lemak bahan sebelum
digoreng.
Serapan minyak = Kadar
minyak bahan setelah
digoreng – Kadar minyak bahan sebelum
digoreng
Kadar Protein (Sudarmadji et. al,
1984)
Pengukuran
kadar protein dilakuan
dengan metode semi mikro Kjeldahl
(Sudarmaji et
al, 1984). Bahan ditimbang sebanyak 1 g dan dimasukkan kedalam
labu kjeldahl. Kemudian sampel ditambahkan 1 g selenium mix, 15 ml H2SO4
pekat.
Lalu dipanaskan dalam
ruangan asam sampai berwarna hijau muda jernih. Sampel dipindahkan kedalam labu
ukur 100 ml dan diencerkan sampai tanda tera. Sampel dipipet 10 ml larutan
tersebut dan dimasukkan kedalam alat destilasi kjeldahl, tambahkan 10 ml NaOH
50%. Hasil destilasi ditampung dengan 10 ml asam borat 2% dan 3 tetes indikator
MMB. Dilakukan destilasi sampai penampungan mencapai 100 ml. Kemudian hasil
destilasi dititrasi dengan HCl 0,02 N sampai terbentuk warna merah muda. Dilakukan
hal yang sama terhadap blanko.
Kadar Abu (Sudarmadji et
al, 1984)
Cawan pengabuan dikeringkan
dalam oven 30 menit pada suhu 105 C, didinginkan
dalam desikator lalu
ditimbang. Sebanyak 2-3 g contoh ditimbang dan dimasukkan ke dalam cawan
porselen yang telah diketahui beratnya dan diarangkan di atas nyala pembakar. Kemudian
diabukan di dalam tanur listrik dalam desikator. Timbang beratnya.
Kadar Karbohidrat
(Winarno,1997)
Penentuan kadar
karbohidratmenggunakan by difference dengan cara:
Kadar Karbohidrat (%) = 100%
- %(air +protein + lemak +abu)
Analisis Nilai Kalori dengan
sistem Atwater
(AOAC,1980)
Penentuan nilai kalori
makanan dapat dilakukan dengan menggunakan sistem atwater
menurut komposisi
karbohidrat, lemak, protein, serta nilai energi makanan tersebut. Faktor atwater
menurut masing-masing komposisi zat gizi adalah sebagai berikut : 4 Kkal/gr
untuk karbohidrat, 4 Kkal untuk protein dan 9 Kkal untuk lemak.
Penetapan kadar pati dengan
metode Luff
Schrool (Sudarmadji et al,
1984)
Timbang dengan teliti 3 gram
bahan dan masukkan ke dalam erlemeyer 100 ml. Tambahkan 200 ml HCl 3% dan
beberapa batu didih. Hubungkan dengan kondensor dan didihkan selama 3 jam.
Netralkan dengan NaOH 4 N dan tambahkan asam asetat pekat 1 ml. Masukkan ke dalam
labu ukur 250 ml atau 500 ml dan tempatkan sampai tanda tera. Saring dengan
penyaring berlipat kering, lalu pipet 10 ml saringan ke dalam Erlenmeyer 300
ml. Tambahkan 25 ml larutan luff, 15 ml air dan beberapa batu didih. Hubungkan
dengan kondensor dan didihkan selama 10 menit (gunakan stopwatch).Tambahkan 10
ml larutan KI 30 % dan 25 ml H2SO4 4 N. Titrasi dengan
larutan thio 0,1 N sebagai
indikator digunakan larutan kanji (misal a ml). Blanko dikerjakan dengan
menggunakan 25 ml larutan luff dan 10 ml air destilasi (misal b ml)
Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan
berdasarkan Soekarto (1981). Uji
organoleptik dilakukan
terhadap produk dengan
panelis sebanyak 20 orang. Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan
panelis terhadap produk yang dihasilkan.
Uji organoleptik yang
digunakan adalah uji kesukaan yang meliputi rasa,aroma dan tekstur dengan skala
1–5 dimana nilai 1 menyatakan sangat tidak suka,2 menyatakan tidak suka, 3 menyatakan
biasa, 4 menyatakan suka dan 5 menyatakan sangat suka.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Derajat pengembangan
Tabel 1. Nilai rata-rata
derajat pengembangan donat kentang ready to cook

Berdasarkan Tabel 1 dapat
diketahui bahwa derajat pengembangan donat kentang
berkisar 80,00-88,67%. Semakin lama pembekuan,
derajat pengembangan donat kentang semakin menurun. Hal ini disebabkan karena
menurunnya gluten pada donat kentang yang telah dibekukan setelah thawing. Menurunnya gluten
disebabkan terjadinya denaturasi protein saat pembekuan.
Gluten memiliki peran yang sangat penting dalam menghasilkan
pengembangan roti yang baik (Winarno, 2007)
Pengembangan roti terjadi
sebagai hasil dari suatu reaksi yang berurutan. Disini terdapat pengaruh fisis
yang murni dari panas terhadap gas yang terjebak sehingga menaikkan tekanan.
Tambahan lagi karena kebanyakan gas yang dilepaskan terjebak dalam film gluten yang
elastis, sel gas mengembang dengan sendirinya. Dalam adonan terdapat sejumlah besar
sel gas yang kecil-kecil dimana setiap gas mengembang dan mengakibatkan volume bertambah.
Pengembangan pada roti atau donat juga
disebabkan oleh aktivitas metabolism dalam khamir sejalan dengan naiknya suhu adonan
sampai titik non aktifnya khamir (Desroisier, 1988).
Menurut Winarno (1992) bahwa
derajat pengembangan dipengaruhi oleh konsentrasi,
suhu, pH larutan, gula,
garam, lemak dan protein. Gula menurunkan kekentalan karena gula mengikat air
sehingga menghambat pembengkakan granula. Sedangkan Lemak
membentuk ikatan kompleks
dengan amilosa pada saat pemanasan granula sehingga menghambat pelepasan
amilosa.
Kadar air
Tabel 2. Nilai rata-rata
kadar air donat kentang ready to cook

Berdasarkan Tabel 2 dapat
diketahui bahwa kadar air donat kentang sebelum penggorengan
berkisar 32,00-36,33% dan donat kentang
setelah penggorengan berkisar 18,00-23,33%. Menurunnya
kadar air disebabkan berkurangnya sifat hidrofilitas sehingga menurunkan kemampuan
mengikat air karena proses penyimpanan beku terjadi denaturasi protein yang
menyebabkan gugus hidrofilik. Jumlah air yang diserap terutama sekali bergantung
pada jumlah dan kemampuan gugus hidrofilik untuk melakukan ikatan dengan air. Hal ini sesuai dengan penelitian Afriyanto (1995) cit Rospiati (2006) dimana kadar
air akan menurun dengan meningkatnya lama penyimpanan beku.
Pada proses pembekuan,
sebagian besar air, baik air bebas maupun air terikat akan berubah menjadi es
(Effendi, 2009). Kadar air donat kentang setelah penggorengan lebih rendah
dibandingkan kadar air sebelum penggorengan. Hal ini disebabkan karena pada
saat penggorengan, air akan keluar melalui rongga-rongga makanan yang peqnggorengan
yang kemudian digantikan oleh minyak (Viona, 2003). Menurut Winarno (1991), air merupakan komponen
penting dalam bahan pangan karena dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, cita
rasa makanan. Kandungan air dalam bahan pangan juga menentukan acceptibility,
kesegaran dan daya tahan bahan itu. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kadar
air yaitu jenis bahan dan komponen yang ada di
dalamnya, serta cara dan
kondisi pengeringan, seperti alat, suhu, ketebalan bahan dan lama pengeringan,
Kadar air juga merupakan salah satu parameter yang dijadikan standar untuk memperoleh
kerenyahan yang baik, selain itu agar pertumbuhan mikroba dan reaksi kimia yang
merusak makanan dapat dikurangi (Winarno, 1991).
Kadar Lemak
Tabel 3.Nilai rata-rata
kadar lemak donat kentang ready to cook setelah pembekuan

Berdasarkan Tabel 3 dapat
diketahui bahwa kadar lemak donat kentang sebelum
penggorengan berkisar
5,00-6,33% dan donat kentang setelah penggorengan berkisar 19,67-24,33%. Kadar lemak
donat sebelum dan setelah di goreng ini memenuhi standar SNI 01-2000 tentang syarat
mutu donat. Kadar lemak sebelum pengorengan maksimal 30% dan setelah penggorengan 33%. Semakin lama pembekuan maka kadar lemak
donat kentang semakin menurun. Hal ini disebabkan selain karena pengaruh suhu tinggi,
suhu rendah juga menyebabkan oksidasi lemak
(Dahlia,dkk., 2011).
Menurut Varnam dan
Sutherland (1995) cit Rospiati (2006), Reaksi oksidasi lemak masih terus
berlangsung pada suhu rendah. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan
oksidasi lemak pada suhu rendah adalah suhu yang digunakan, kandungan lemak,
oksigen dan aktivitas air. Adanya aktivitas enzim seperti enzim lipase juga
dapat memicu terjadinya oksidasi lemak pada suhu rendah. Oksidasi lemak baru benar-benar
berhenti pada suhu -30 C, dimana hampir semua air telah membeku. Pada penyimpanan beku kandungan fosfolipid
dan triasilgliserol sangat mempengaruhi kecepatan oksidasi lemak. Fosfolipid
akan lebih mudah teroksidasi dibandingkan triasilgliserol. Hal ini disebabkan
karena fosfolipid mengandung asam lemak tidak jenuh yang lebih tinggi terutama
asam lemak linoleat dan arakidonat.
Kadar lemak pada donat
kentang dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan seperti telur, susu,
mentega, dan sebagainya. Kadar lemak berhubungan dengan ketahanan produk yang
dihasilkan terhadap ketengikan karena oksidasi lemak. Meningkatnya Kadar lemak
donat kentang setelah penggorengan dibandingkan donat kentang sebelum
penggorengan karena disumbang oleh minyak penggorengan.
Daya Serap Minyak
Tabel 4. Nilai rata-rata
daya serap minyak Donat kentang ready to cook setelah pembekuan

Tabel 4 menunjukkan bahwa
daya serap minyak donat kentang berkisar 14,33-17,67%. Penyerapan minyak dipengaruhi oleh suhu, lama
penggorengan, sifat bahan, dan porositas bahan. Kadar lemak yang diukur pada
donat
kentang menunjukkan minyak goreng yang terserap kedalam bahan selama proses penggorengan. Suhu yang tinggi menyebabkan dehidrasi lebih
banyak pada permukaan bahan sehingga lebih banyak terdapat ruang kosong yang
diisi oleh minyak (Ketaren,1986).
Penurunan daya serap minyak ini disebabkan
karena menurunnya kadar air dan kadar lemak, sehingga pada saat terjadi proses
penggorengan akan menyebabkan rongga-rongga yang berisi air semakin sedikit
pada saat penggorengan, dari rongga-rongga tersebut akan keluar air yang kemudian
akan digantikan minyak.
Makanan yang di goreng mempunyai struktur yang sama, yaitu
lapisanpermukaan (outer zone surface), lapisantengah (crust) dan lapisan dalam (core).Minyak yang
diserap untuk mengempukkan crust makanan, sesuai dengan jumlah airyang
menguap pada saat menggoreng.Jumlah yang terserap tergantung dari perbandingan
antara lapisan tengah dan lapisan dalam. Semakin tebal lapisan tengah dan lapisan
dalam maka semakin banyak minyak yang terserap.
Kadar Protein
Tabel 5. Nilai rata-rata
kadar protein donat kentang ready to cook setelah pembekuan

Tabel 5 menunjukkan bahwa
kadar protein donat kentang sebelum penggorengan berkisar 6,33-11,00% dan donat
kentang setelah penggorengan berkisar 5,67-9,33%.
Kadar protein dari donat
kentang dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan seperti penggunaan tepung terigu,
telur, susu dan sebagainya. Semakin lama pembekuan, maka kadar protein semakin
menurun. Penurunan kadar protein ini disebabkan karena terjadinya denaturasi
protein. Menurut Kusnandar (2010) denaturasi protein adalah terjadinya modifikasi
struktur sekunder, tersier, dan kuarter dari protein tanpa menyebabkan pemutusan
ikatan peptida dan perubahan sekuen asam amino pada stuktur protein. Protein
yang telah mengalami proses denaturasi disebut protein terdenaturasi. Perubahan
struktur protein ini biasanya menyebabkan perubahan sifat fisikokimia protein
secara irreversibel, seperti hilangnya sifat kelarutan dan aktifitas
biologisnya (misalnya
sebagai enzim).
Denaturasi protein dapat
disebabkan oleh suhu rendah dan suhu tinggi. Pada suhu
rendah, pertama air bebas akan membeku,
kemudian di ikuti oleh air jenis lain. Dengan
demikian rantai-rantai polipeptida protein
akan saling mendekat sehingga terbentuk
jembatan-jembatan antara protein sehingga
menggumpal (dalam pendinginan proses ini akan
lambat). Untuk makanan yang telah mengalami denaturasi protein setelah di thawing, air
tidak dapat di absorbs kembali. Sehingga akan mempengaruhi tekstur dari bahan
pangan tersebut (Dahlia,dkk.2011). Sedangkan pada suhu tinggi, misalnya karena
pemanasan juga menyebabkan denaturasi protein. Suhu
terjadinya denaturasi
berbeda untuk jenis protein yang berbeda. Pemanasan dapat menyebabkan perubahan
struktur tersier protein, namun tidak menyebabkan perubahan susunan asam aminonya.
Denaturasi protein dapat menyebabkan
bahan pangan yang mengandung protein mengalami perubahan tekstur, kehilangan daya
ikat air, atau mengalami pengkerutan (Kusnandar,2010) Protein
terdenaturasi pada suhu beku disebabkan karena perubahan
kandungan air, perubahan
lemak, dan aktivitas enzim trimethylamin oksidase dimana denaturasi protein ini
menyebabkan terpecahnya ikatan hydrogen dan ikatan hidrofobik.
Kadar Abu
Tabel 6. Nilai rata-rata
kadar abu donat kentang ready to cook setelah pembekuan

Tabel 6 menunjukkan bahwa
kadar abu donat kentang sebelum penggorengan berkisar 1,33-4,33% dan donat
kentang setelah penggorengan berkisar 1,00-4,00%. Semakin lama pembekuan maka kadar abu semakin
menurun. Hal ini disebabkan akibat adanya loss drip (cairan yang keluar/eksudasi) yang terjadi pada saat thawing,drip menyebabkan beberapa nutrient seperti garam, mineral yang
larut dalam air akan terbawa bersama air yang keluar dari donat kentang.
Sebagian besar makanan,
yaitu 96% terdiri dari bahan organik dan air. Sisanya terdiri dari unsur-unsur
mineral. Unsur mineral dikenal dengan zat anorganik atau kadar abu. Dalam
proses pembakaran, bahan-bahan organik terbakar namun zat anorganiknya tidak,
karena itulah disebut abu. Mineral terdiri dari kalsium, natrium, klor, fosfor,
belerang, magnesium dan komponen lain dalam jumlah yang kecil (Winarno,2004).
Kadar
Karbohidrat
Tabel 7. Nilai rata-rata
Kadar karbohidrat donatkentang ready to cook setelah pembekuan

Tabel 7 menunjukkan bahwa
kadar karbohidrat donat kentang sebelum penggorengan
berkisar 37,00-53,33% dan donat kentang
setelah penggorengan berkisar 39,33-54,33%.
Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam
menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur dan lain-lain (Winarno, 2004).
Analisis paling mudah untuk menentukan
kandungan karbohidrat dalam bahan makanan yaitu dengan cara perhitungan kasar (proximat
analysis) atau juga disebut carbohydrate by difference.
Analisis Nilai Kalori
Tabel 8. Nilai rata-rata analisis
nilai kalori donat kentang ready to cook
setelah pembekuan

Tabel 8 menunjukkan bahwa
nilai kalori donat kentang sebelum pembekuan berkisar 266,33-289,00 Kkal per
gram dan donat kentang setelah pembekuan berkisar 413,00-423,00 Kkal per gram. Nilai
kalori merupakan nilai yang diperoleh dari konversi protein, lemak dan karbohidrat
menjadi energi. Sumber energy terbesar adalah lemak yang menghasilkan 9 Kkal
energi per 100 gram, sedangkan karbohidrat dan protein menghasilkan eneri
sebesar 4 Kkal per 100 gram.
Kadar Pati
Tabel 9. Nilai rata-rata
Kadar pati donat kentang ready to cook setelah pembekuan

Tabel 9 menunjukkan bahwa
kadar pati donat kentang sebelum pembekuan berkisar 11,00-14,33% dan donat
kentang setelah pembekuan berkisar 10,67-14,00%. Penurunan kadar pati disebabkan oleh pengaruh suhu
rendah sehingga menyebabkan retrogradasi pada pati. Retrogradasi pati adalah
pembentukan ikatan-ikatan hidrogen yang terbentuk antara gugus hidroksil pada
molekul-molekul amilosa dan amilopektin sehingga membentuk tekstur yang rigid
(keras). Ikatan hidrogen ini akan semakin menguat bila suhu diturunkan sehingga
struktur pati akan semakin padat. Terjadinya retrogradasi pati akan menyebabkan
sineresis, perubahan tekstur dan penurunan pati
(Kusnandar, 2010)
Uji organoleptik
Tabel 10.Tingkat Penerimaan
Panelis terhadaptekstur, warna, aroma dan rasa donat kentang

a.Tekstur
Berdasarkan Tabel 10 dapat
dilihat bahwa penerimaan panelis yang menyatakan suka dan sangat suka terhadap tekstur
donat kentang berkisar 60-95%. Produk yang paling disukai panelis adalah donat kentang
dengan pembekuan 6 hari yang memiliki tingkat kesukaan yang paling tinggi,
yaitu 95%. Hal ini disebabkan karena donat kentang dengan pembekuan 6 hari memiliki
tekstur yang lebih lembut Menurut Desroisier (1988) pengurangan jumlah air bebas
dalam bahan pangan diharapkan dapat memperbaiki kualitas tekstur bahan pangan
yang dibekukan.
Makin lebih sempurna
perubahan dari air bebas ke keadaan yang lebih stabil, makin baik retensi kualitas
bahan pangan tersebut. Keadaan susunan tekstur donat kentang dapat dinilai
dengan cara menekan dengan jari dan meraba permukaan donat kentang tersebut.
Setiap bahan makanan memiliki tekstur tersendiri. Hal ini tergantung pada
fisik, ukuran dan bentuk sel yang dikandung oleh makanan itu sendiri.
Tekstur merupakan salah satu
kriteria mutu yang sangat penting pada suatu produk karena sangat mempengaruhi
citra makanan (Deman,1997). Tekstur donat berhubungan dengan volume pengembangan. Menurut Whister dan Daniel cit Imran
(2000) interaksi antara pati dan protein penting untuk memberikan sturuktur
pada adonan. Kekerasan
pada tekstur biasanya disebabkan oleh tepung yang kuat, pemanggangan atau
penggorengan yang berlebihan, jumlah aiyang kurang memadai atau pencampuranyang
berlebihan.
b. Warna
Berdasarkan Tabel 10 dapat
dilihat bahwa penerimaan panelis yanmenyatakan suka dan sangat suka
terhadapwarna donat kentang adalah berkisar 7090%. Donat kentang dengan
pembekuan hari, 12 hari dan donat kentang tanpa pembekuan merupakan produk yang
memiliki penerimaan panelis yang paling tinggi, yaitu 90%. Warna donat kentang tanpa
pembekuan, dan donat kentang dengan pembekuan 6 hari dan 12 hari memiliki warna
kuning kecokelatan yang hampir sama. Sedangkan warna donat kentang dengan
pembekuan 18 hari, 24 hari dan 30 hari memiliki warna kuning kecokelatan yang
lebih sedikit. Hal ini disebabkan karena lama pembekuan dapat memucatkan warna
pigmen dan mempengaruhi flavour bahan pangan (Buckle, 1985).
Warna cokelat yang terjadi pada donat
kentang merupakan hasil reaksi Maillard. Reaksi Maillard adalah reaksi
nonenzimatis yang menyebabkan warna kecokelatan. Reaksi ini terjadi apabila dalam
pangan terdapat gula pereduksi (gula aldosa) dan senyawa yang mengandung gugus
amin (asam amino, protein dan senyawa lain yang mengandung gugus amin)
(Kusnandar, 2010).
Muchtadi (1997) menambahkan bahwa
selama dehidrasi, baik itu dehidrasi beku maupun pengeringan juga dapat terjadi
perubahan warna, tekstur, aroma, dan lain-lain Warna merupakan factor penting
bagi makanan. Bersama-sama dengan bau rasa dan tekstur, warna memegang peranan
penting dalam keterimaan makanan (Deman, 1997).
Penentuan mutu pangan pada
umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor diantaranya cita rasa, warna,
tekstur dan nilai gizinya. Tetapi, sebelum faktor-faktor lain dipertimbangkan,secara
visual faktor warna tampil lebih dahulu dan terkadang sangat menentukan. Selain
faktor yang menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator
kesegaran atau kematangan (Winarno, 2004). Produk pangan warna merupakan hal yang
paling cepat dan mudah memberikan kesan tetapi paling sulit pengukurannya sehingga
penilaiannya sangat bersifat subjektif.
c. Aroma
Berdasarkan Tabel 10 dapat
dilihat bahwa penerimaan panelis yang menyatakan suka dan sangat suka terhadap aroma
donat kentang berkisar 65-90%. Donat kentang dengan pembekuan 6 hari merupakan
produk yang memiliki penerimaan panelis yang paling tinggi, yaitu 90%. Proses pembekuan tidak banyak menyebabkan perubahan bau (aroma) yang dimiliki oleh
donat kentang selama prosesnya. Sehingga bau (aroma) memiliki kecenderungan bau
yang mirip sehingga sulit dibedakan.
Peranan aroma suatu produk
sangat penting karena akan menentukan daya terima konsumen terhadap produk tersebut.
Aroma juga menentukan kelezatan suatu produk pangan, serta cita rasa yang terdiri
dari tiga komponen, yaitu bau, rasa dan rangsangan mulut (Winarno, 2004). Aroma merupakan sesuatu yang halus dan rumit yang
ditangkap oleh indera yang mempunyai kombinasi rasa, bau dan rangsangan oleh
lidah.
Menurut Soekarto (1981)
aroma makanan ditentukan oleh baunya, industry pangan menganggap aroma sangat
penting diuji karena dapat memberikan
penilaian terhadap hasil produksinya.
d. Rasa
Berdasarkan Tabel 10 dapat
dilihat penerimaan panelis yang menyatakan suka dan sangat suka terhadap rasa
donat kentang berkisar 60-90% dimana donat kentang dengan pembekuan 6 hari
merupakan produk yang memilikipenerimaan panelis yang paling tinggi, yaitu 90%.
Hal ini disebabkan karena rasa donatkentang
pembekuan 6 hari memiliki rasayang empuk dibandingkan dengan
donatkentang lainnya.
Rasa merupakan faktor yang
sangat penting dalam menentukan penerimaan atau penolakan terhadap bahan pangan
oleh panelis. Walaupun aroma dan tekstur bahan pangan baik, akan tetapi
rasanyatidak enak maka panelis akan menolak produk tersebut. Rasa dapat dinilai
sebagai tanggapan terhadap ransangan yang berasal dari senyawa kimia dalam
bahan pangan yang memberi kesan manis, pahit, asam dan asin (Soekarto, 1981).
BAB
IV PENUTUP
1 1. KESIMPULAN
1. Karbohidrat
sederhana terdiri dari monosakarida, disakarida, gula alcohol, dan
oligosakarida
2. Karbohidrat
komplekas terdiri dari polisakarida, polisakari dan non pati/serat
3. Reaksi Maillard dapat
terjadi, misalnya selama produksi pembakaan roti. Kehilangan tersebut terutama
terjadi pada bagian yang berwarna coklat (crust), yang mungkin karena
terjadinya reaksi dengan gula pereduksi yang dibentuk selama proses fermentasi
tetapi tidak habis digunakan oleh khamir (dari ragi roti).
4. Tepung
ganyong tidak mengandung gluten. Tepung
ganyong merupakan sumber karbohidrat seperti
tepung terigu, tetapi kandungan protein (gluten) tepung ganyong lebih
rendah dibanding tepung terigu
5. Kadar
amilosa dan amilopektin sangat berperan pada saat proses gelatinisasi,
retrogradasi dan lebih menentukan karakteristik pasta pati.
6. Perbedaan
jumlah tersebut menyebabkan perbedaan kandungan protein yang berasal dari
tepung terigu dan karbohidrat dari tepung ubi jalar ungu (9,0 : 2,79) dan (77,0
: 83,81) yang menyebabkan terjadinya reaksi maillard. Menurut Winarno
(1997:41), reaksi maillard merupakan reaksi antara karbohidart, khususnya gula
pereduksi dengan NH2 dari protein yang
menghasilkan senyawa hidroksimetilfurfural yang kemudian berlanjut menjadi
furfural. Furfural yang terbentuk kemudian berpolimer membentuk senyawa
melanoidin yang berwarna coklat.
7. Perbedaan
warna pada bagian luar roti tawar dikarenakan kandungan gula yang terkandung
pada tepung ubi jalar ungu yang cukup
tinggi
8. perbedaan
warna bagian luar pada roti tawar juga bisa diakibatkan terjadinya reaksi
maillard yang terjadi pada adonan karena perbedaan jumlah karbohidrat dan
protein yang berbeda
9. Adanya
kandungan gula pada tepung ubi jalar ungu dan gula pada adonan membuat
kandungan gula pada adonan menjadi tinggi sehingga pada saat adonan dioven maka
akan terjadi proses karamelisasi pada adonan dan menimbulkan reaksi browning
(munculnya warna coklat ) pada bagian luar roti tawar.
10. Semakin
lama pembekuan, derajat pengembangan donat kentang semakin menurun. Hal ini
disebabkan karena menurunnya gluten pada donat kentang yang telah dibekukan
setelah thawing. Menurunnya
gluten disebabkan terjadinya denaturasi protein saat pembekuan.
11. Lama
pembekuan dapat memucatkan warna pigmen dan mempengaruhi flavour bahan
pangan
12. Warna
cokelat yang terjadi pada donat kentang merupakan hasil reaksi Maillard. Reaksi
Maillard adalah reaksi nonenzimatis yang menyebabkan warna kecokelatan. Reaksi
ini terjadi apabila dalam pangan terdapat gula pereduksi (gula aldosa) dan
senyawa yang mengandung gugus amin (asam amino, protein dan senyawa lain yang
mengandung gugus amin
DAFTAR
PUSTAKA
- http://indaharitonang-fakultaspertanianunpad.blogspot.com/2013/05/definisi-jenis-struktur-dan-fungsi.html
- http://martafadhilah.blogspot.com/2011/10/studi-eksperimen-pembuatan-roti-tawar.html
- h://pascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/jurnal/j.Pascapanen.2004_1_4.pdf
- Ali,
Muhammad. 1985. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung :
Transita
- Arikunto,
S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
- Depdikbud.
1996. Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta : Bharata Karya Aksara
- Kartika,
Bambang. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Yogyakarta: UGM
- Mantred
Lange dan Bogasari Baking Center. 2006. Roti Teori dan Resep
Internasional. Jakarta : PT. Gratika Multi warna
- Mudjajanto,
SetyonE dan Yulianti, L. N. 2004. Membuat Aneka Roti. Jakarta : Penebar
Swadaya
- Nunung.
2009. Rahasia Antigagal Membuat Aneka Kue Populer. Jakarta : Demedia
- Paran,
Sangkan. 2009. 100+ Tips Antigagal Bikin Roti, Cake, Pastry, dan Kue
Kering. Jakarta : Kawan Pustaka
- Sarwono,
B. 2005. Ubi Jalar Cara Budi Daya yang Tepat Efisien dan Ekonomis Seni
Agribisnis. Jakarta : Sluaelaya
- Soekarto,
Soewarto T. 1985. Penelitian Organoleptik. Jakarta : Bharata Karya Aksara
- Sriboga
Ratu Raya. 2005. Sekilas tentang Tepung Terigu dengan Aplikasinya :
Semarang
- Sudjana,
2002. Metode Statistik. Bandung : Tarsito
- Sugiyono.
2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta Bandung
- Suprapti,
lies. 2003. Tepung Ubi Jalar. Yogyakarta : Kaninsius
- U.S.
Wheat Associates, 1983. Pedoman Pembuatan Roti dan Kue. Djambatan
- Wahyudi.
2003. Memproduksi Roti. Jakarta : Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan,
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dan Departemen
Pendidikan Nasional
- Winarno,
F.G.1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka utama
- www.bogasariflour.com
browsing on 28 Desember 2010
- Afriyanti, Leni Herliani. 2008. Teknologi Pengawetan
Pangan. Alfabeta: : Bandung AOAC. 1995. Official Methods of Analysis.
Assiciation of Official Analytical.
- Astuti, Sri Mulia.2009.Teknik Pengaturan Suhu dan Waktu
Pengeringan Beku BawangDaun (Allium fistulosum L.). BuletinTeknik
Pertanian vol.14 No.1,2009
- Buckle, dkk. 1985. Ilmu Pangan. UI Press.Jakarta
- Dahlia, dkk. 2011. Refrigerasi Hasil Perikanan.Universitas
Riau: Riau
- Deman, John M. 1997. Kimia Makanan. Institut
Teknologi Bandung: Bandung
- Desrosier. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan.
Universitas Indonesia: Jakarta
- Effendi, Supli. 2009. Teknologi Pengolahan dan
Pengawetan Pangan. Alfabeta: Bandung
- Indriani. 2011. Donat Goreng dan Panggang.
PT.Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
- Imran Jan, M.S. 2000. Prospek Tepung Ubi Kayu
(Manihot Esculenta) sebagai Substitusi
dalam Pembuatan Donat. Skripsi Fakultas Teknologi
Pertanian: Institut Pertanian Bogor
- Ketaren S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. UI
Press: Jakarta
- Kusnandar,Feri. 2010. Kimia Pangan. PT.Dian
Rakyat: Jakarta
- ohana, Ainun. 2002. Pembekuan. Universitas Sumatera
Utara: Medan
- Rospiati, Epi. 2006. Evaluasi Mutu dan Nilai Gizi
- SNI (Standar Nasional Indonesia). 2000. Syarat
Mutu Donat
.01-2000
- Sudarmadji, S.Haryono dan Suhardi. 1984. Prosedur Analisa
untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta. Liberty. 160 hal.
- Muchtadi, Tien R. 1997. Petunjuk Laboratorium
Teknologi Proses Pengolhan Pangan. PAU Pangan dan Gizi
IPB. Bogor
- U.S,Wheat Associates, 1983. Pedoman
Pembuatan Roti dan Kue. Djambatan:Jakarta
- Viona. 2003. Pengaruh Pencampuran Tepung
Tapioka terhadap Karakteristik Fisiko
Kimia dan Organoleptik Kerupuk Sagu
dengan Cita Rasa Ikan Lele.[Skripsi] Fakultas
Pertanian Universitas Andalas.Padang
- Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi.
Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
- Winarno F.G. 2007. Teknobiologi Pangan. MbrioPress
- Collison,
R. 1968. Swelling and Gelation of Starch. Di dalam : Radley,J.A. (ed).
Starch and Its Derrivatives. Chapman and Hall, Ltd. London.
- Juliano,
B.O. dan Kongseree. 1968. Physic Chemical Properties of Rice Grain and Starch
from line differing in amilosa content and gelatinization temperature. J.
Agric and Food Chem. 20:714-717.
- Wahid
A.S., N. Richana dan Djamaluddin C. 1992. Pengaruh umur panen dan
pemupukan terhadap hasil dan kualitas ubikayu varietas gading dan Adira-4.
Titian Agronomi. Buletin Penelitian Agronomi. Vol 1:
- Jane,
J., Y.Y. Chen, L.F. Lee, A.E. McPherson, K.S. Wong, M. Radosavljevics, and
T. Kasemsuwan. 1999. Effect of amylopectin brain chain length and amylose
content on thegelatinization and pasting properties of starch. Cereal
Chem. 76(5): 629 – 637.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar